November
2017
Rumah
sakit, kamar haejun oppa
Aku memandang
lekat wajah haejun oppa, mungkin sudah berjam-jam aku melakukannya hari ini. Dia
begitu pulas tertidur kadang dengkurannya membuatku tersenyum dan bisa
menghiburku yang penuh dengan kecemasan. Sesekali raut mukanya terlihat
mengkerut seperti sedang bermimpi sesuatu yang buruk tapi dalam sekejap
ekspresi tidurnya berubah seperti bayi yang terlelap di pangkuan ibunya.
“oppa,
sekarang kau begitu dekat dari penglihatanku. Lihat,,,dahimu sungguh lapang,
bahkan tuhan memberikan hidung mancung yang sangat indah,” gerutuku sambil
menunjuk bagian wajah haejun oppa satu-satu.
“bibirmu juga kenapa begitu merah, tipis
lagi,, punyaku saja tidak seseksi itu padahal aku kan wanita!” lanjutku seraya
memegang bibirku kesal .
“kenapa
dagumu juga lancip?, wah,,,,Tuhan memang benar-benar hebat bisa menciptakan
bentuk yang begitu sempurna seperti dirimu oppa!” aku mengangguk-angguk kagum,
karena saat ini aku bisa mengamati
haejun oppa begitu dekat dengan leluasa hanya beberapa centi dari kedua mataku.
“tapi, aku
paling suka dengan matamu, ketika kau bahagia matamu pasti akan bersinar, saat
sedih matamu sayu bagai putri malu menguncup, dan kalau kau marah sangat
menakutkan,,matamu akan melebar melototiku. Dan sekarang aku tidak bisa membaca
semua itu, aku tidak tahu apakah saat ini kau sedang sedih, kesal, kesepian,
dan menderita dengan semua ini. kenapa sekarang kau pintar sekali berbohong
padaku?” air mataku mulai tumpah, aku mulai mengelus lembut mata haejun oppa
yang masih tertutup.
“dulu mata
ini dipenuhi oleh sosok Hayoung, bahkan aku tidak punya ruang sedikitpun di
situ. Aku hanya sebuah bayangan yang muncul sebentar dan hilang secepat kilat,
tapi walaupun begitu aku masih tetap suka mata itu” Suara isakanku semakin
membesar, sekeras mungkin tanganku membungkam mulutku tapi malah tangisanku
semakin menjadi-jadi. Takut membangunkannya, Kemudian aku berlari ke kamar
mandi dan duduk lemas bersandar di balik pintu.
Tiba-tiba
suara telepon di saku celanaku berbunyi, aku mengatur napas supaya suaraku
kembali normal “ya,oppa,,” jawabku seadanya.
“lagi dimana?”
Tanya dongjoo.
“ada apa?”
tanyaku balik.
“aku
menemukan hayoung” ucap dongjoo datar.
“dimana dia
sekarang, oppa?”suaraku mulai meninggi.
“jiyeon
a,,,apakah kau akan tetap menemuinya? Apa rencanamu sebenarnya? Tolong beritahu
aku,,,!. Apakah kau tidak mempercayaiku?” ujar dongjoo cemas.
“oppa,,jangan
khawatir, percayalah kepadaku, aku bisa mengatasi situasi ini. nanti, ketika
aku membutuhkan bantuanmu aku akan menghubungimu, oke,,,” ucapku langsung
menutup telepon dan terus menatap layar HP. Bunyi pesan masuk “Hayoung bersembunyi
di pulau Jeju, berhati-hatilah,,jika terjadi sesuatu cepat hubungi aku, kim
dongjoo” aku tersenyum puas. Lega rasanya, seperti sebuah batu besar sudah
terangkat dari tubuhku.
“Peristiwa yang membuat haejun oppa seperti ini, kau
harus bertanggung jawab, Park Hayoung” di cermin senyumku kembali mengembang
kemudia aku mencuci muka untuk menghilangkan sembab di wajahku, aku tidak mau
terlihat sedih di depan haejun oppa, karena aku sudah berjanji akan selalu
membuatnya tersenyum.
“astaga, ya
tuhan,,,” aku terkejut mengelus dada, Jaewon berdiri tepat di depan pintu kamar
mandi. “lee jaewon,,kapan kau datang?” aku bertanya cemberut.
“sssstttttthhh,,,,reaksimu
berlebihan,,,apakah aku terlihat seperti hantu? Gadis bodoh!” sambil menjitak
kepalaku. “sulitkah? Sampai kau harus menangis menanggung semua ini” jaewon
menatapku prihatin.
Aku memegang
wajahku sendiri dan berkata “jaewon a,,bisakah kau menjaga haejun oppa untuk
sementara?, aku akan ke pulau jeju, ada sesuatu yang harus aku selesaikan
segera,,,”.
“hei jiyeon
a,,,apa kau mau melarikan diri?, itu tidak akan menyelesaikan masalah” ucap
jaewon bernada menasehati.
“tidak, aku
tidak akan melarikan diri, bahkan aku sudah berniat akan menempel terus dekat
haejun oppa. Aku hanya punya urusan di sana. Ah,,,haejun oppa sudah bangun?”
aku mengalihkan pembicaraan.
“ya,,,ketika
aku nyampai, dia sedang asyik membaca sambil mendengarkan musik” ucap jaewon.
“o,,,begitu
ya”, aku segera mendekati haejun oppa dan tersenyum, jaewon mengikuti menuju
ranjang haejun oppa.
“apa kau
baik-baik saja?” Tanya haejun oppa. Aku hanya mengangguk manja. Haejun oppa
mengelus lembut rambutku.
“oppa,,aku
akan ke pulau jeju untuk beberapa hari, tidak masalahkan kalau oppa di temani
dongjoo oppa dan jaewon? Tanyaku dan memandang jaewon meminta persetujuannya.
“hyung,,kami
akan menjagamu, jadi kau tenang saja,,,”canda jaewon. Haejun oppa hanya bisa tertawa
sambil menyimak gerak bibir jaewon.
“harus cepat
kembali,,,!” perintah haejun oppa sambil mengacungkan telunjuknya ke mukaku.
Aku
mengangguk bersemangat dengan senyum mengembang, dalam benakku “aku akan
menemukan hayoung dan mencari tahu kebenaran dari semua ini oppa,,!”.
April
2011
Hannyoung
high school
Kelas
sains khusus, tanggal 23, pukul 16.00
Aku datang
terlambat lagi untuk kesekian kalinya, entah mengapa kelas ini tidak menarik
untuk diikuti, tidak ada yang istimewa bahkan sangat membosankan. Ditambah guru
yang sangat killer di sekolah menjadi tutornya, bagai di penjara tak berani
berkutik sedikitpun. Tapi kebutuhan untuk lulus ujian sekolah mengaharuskan aku
untuk bersabar dengan semua ini.
Dengan
keberanian tinggi aku mengetok pintu kelas kemudian membukanya, tapi seperti
biasa tidak ada yang menghiraukan kedatanganku, mereka sibuk dengan satu soal
yang mungkin jawabannya membutuhkan berlembar-lembar kertas. Aku melangkahkan
kaki pelan tak bersuara, membidik tempat duduk paling belakang. Sunyi senyap
dengan keseriusan masing-masing siswa yang asyik memutar otak menemukan
berbagai jalan menuju satu jawaban pasti, apalagi hanya sepuluh siswa termasuk
aku di kelas itu. Kami mendapatkan bimbingan khusus Karena dianggap memiliki
kemampuan lebih daripada siswa lain. Dulu aku sempat berpikir “kenapa sistemnya
seperti ini?, tidakkah ini termasuk deskriminasi?”.
Setelah
memantapkan posisi duduk senyaman mungkin, aku baru menyadari dan sangat
terkejut dengan apa yang aku lihat. Tepat di tempat duduk tutor di depan kelas,
seseorang yang aku kenal sedari tadi memperhatikan tingkahku. Dialah Haejun,
Jang Haejun, kakak kelasku yang bertindak sebagai assisten tutor untuk hari
ini. seseorang yang selalu aku perhatikan gerak geriknya, orang yang aku sukai
secara diam-diam. Kepintaraannya memang sudah diakui para guru sehingga tidak
heran aku melihatnya hari ini menggantikan tutor sains kami. Dan ini adalah
salah satu alasan kenapa dia begitu sempurna dimataku.
Bukannya aku
takut dengan tatapannya, malah aku melempar senyum termanisku bermaksud
menggodanya. Dengan wajah yang di buat sangar, aku tidak gentar sama sekali
untuk menarik perhatiannya. Untuk hari ini di kelas ini aku akan berusaha
meraih simpatinya, semua soal yang diberikan aku jawab secepat dan setepat
mungkin. Bahkan biasanya aku yang malas mengerjakan ke papan tulis, justru hari
ini aku harus berebutan kapur tulis. Aku tahu pasti terlihat konyol namun aku
benar-benar tidak peduli. Kehormatan dan harga diriku seperti menghilang di
telan bumi. Setelah dua jam berlalu tanpa terasa, kelaspun berakhir. Aku
menarik napas lesu “kenapa waktu begitu cepat berlalu?, seandainya dia tutor
kami, pasti akan sangat mengasyikkan” ujarku cemberut dalam hati.
“kang jiyeon,,,!”
suara Haejun lantang membahana ke setiap sudut kelas.
“ya,,,”
jawabku siap siaga langsung berdiri tegap.
“silakan yang
lain boleh keluar” ucapnya manis mengganti mimik muka yang tadi sinis dan
berubah bengis lagi ketika memandang kearahku.
“apakah kau
selalu datang terlambat?” Tanya nya lantang.
“apa?” aku
pura-pura tidak mengerti.
“karena kau
terlambat masuk, aku kasih tugas lebih dan kau harus kumpulkan itu besok pagi
ke kelasku tepat pukul 09.00” ucap haejun sambil memberikan selembar kertas dan
berjalan keluar kelas.
Aku
mengikutinya dari belakang, dan menemukan dia dan hayoung sedang bergandengan
tangan pergi menjauh. Aku kesal sendiri, meringis dan ingin sekali berteriak
menghentikan langkah mereka. Saat keinginanku terpendam, tiba-tiba Hayoung
menghadap belakang kearahku, tersenyum menyindir dan menjulurkan lidah
kemenangan. Seakan-akan dia bisa membaca pikiranku kalau aku memang jatuh hati
pada pacarnya.
***
Bel istirahat
berbunyi, aku bergegas keluar kelas berlari membawa selembar tugas tambahan
kelas sains kemarin. Aku berpacu dengan waktu, karena telat semenit saja tugas
ini tidak akan diterima. Tanpa terduga aku jatuh tersandung sesuatu, dan kompak
siswa yang melihat tertawa lepas dengan musibah yang menimpaku. Aku berusaha
berdiri sambil membersihkan seragamku yang kotor.
“Kang Jiyeon!”,
suara yang sangat familiar memanggil namaku bernada marah.
“benar kau
Kang Jiyeon?” tanyanya mendekat dengan tatapan tajam. Aku membalas tatapan itu
tak kalah sangar, Hayoung sekarang berdiri di hadapanku.
“kau tidak
salah, aku Kang Jiyeon!” jawabku. Tubuhnya yang terlampau tinggi bak model
mengharuskan aku mendongak.
Hayoung
tertawa keras sampai tidak ada seorangpun berani bergerak, “Kang Jiyeon ssi,
ternyata nyalimu sungguh besar” hayoung semakin mendekatkan wajahnya di depan
mukaku. “jauhi Haejun oppa, sadarlah ! siapa dirimu berani menyukainya. Haejun
oppa adalah milikku. Jika ingin hidupmu tenang seperti sebelumnya menyingkirlah
dari hadapannya, mengerti !” ancam Hayoung dengan nada geram.
“Hayoung ssi,
kau salah orang mengatakan hal seperti itu. Saya sama sekali tidak tertarik
dengan pacarmu. Apa hebatnya dia,,!. Bagiku dia hanya assisten tutor dan kau
seperti hewan peliharaannya yang selalu mengikutinya” ucapku sama sekali tak
gentar.
“pembohong,,!”
ujar Hayoung.
Ketika aku
akan membalas pernyataan Hayoung, suara Haejun menghentikanku “hentikan !,
sungguh kalian tidak tahu malu berdebat di depan umum”. Kemudian haejun
langsung pergi meninggalkan kami, dan hayoung seperti biasa merengek
mengikutinya.
“apakah
Haejun mendengarkan ucapanku tadi? Apa yang harusku lakukan sekarang,,,?”
batinku menyesal dengan kebohongan yang aku katakan.
November
2017
Pulau
Jeju
Lima belas
menit perjalanan, sampai juga di pulau yang merupakan salah satu keajaiban
dunia ini. Dari bandara aku langsung menuju hotel tempat hayoung berada, tidak
sempat untuk menikmati pemandanga Jeju. Keinginanku yang besar untuk bertatap
muka langsung dengan hayoung terlampau besar, padahal ini baru pertama kali aku
menginjakkan kaki di pulau terbesar di korea ini dan termasuk provinsi terkecil
dari semua provinsi yang ada.
Sampai di
hotel, aku langsung menuju resepsionis hotel berkelas ini, “halo, selamat sore
mbk, ada yang bisa kami bantu?” sapa resepsionis cantik yang bernama Seo Eun
Hee.
“apakah kamar
bernomor 2703 atas nama Park Hayoung?” tanyaku tersenyum ramah.
“ya, benar,,,tapi
nona Park Hayoung tidak ada di kamarnya sekarang, tadi dia pergi bersama
seorang laki-laki” ungkap resepsionis itu.
“kalau begitu
saya akan menunggu di sini” aku menuju kursi tunggu di lobi hotel. Satu jam
tidak terlihat batang hidung Hayoung, dua jam, tiga jam berlalu. Aku mencoba
bersabar, demi Haejun oppa.
Jam sebelas
malam lewat, sambil uring-uringan aku sekelebat melihat sosok Hayoung. Dia
berjalan gontai dengan sesorang lelaki yang merangkulnya. Aku tidak langsung
melabraknya di lobi, aku mengikutinya terus sampai di depan kamarnya. Benar
mereka masuk kamar nomor 2703. selang beberapa menit saat mereka masuk, aku
mengetuk pintu. Tanpa menunggu lama seperti tadi pintu kamar terbuka dan bau alkohol
langsung menyebar ke hidungku. Laki-laki itu mengigau tak karuan, dengan
sedikit dorongan, laki-laki itu terjatuh, aku melangkah masuk dan menemukan
Hayoung sedang tertidur manis di ranjangnya.
“Hayoung
ssi,,lama tidak berjumpa,,!” aku membuka pembicaraan.
Pelan namun
pasti, Hayoung membuka matanya dan duduk santai di tempat tidur itu. Dia
tersenyum menyindir melihat keberadaanku di kamarnya, “kang jiyeon,,! wahh,,kau
tidak berubah, masih sama seperti dulu, kasar dan tidak tahu sopan santun”.
“benarkah?,
apa yang kau lakukan di Jeju? Apakah kau melarikan diri atau bersembunyi?” aku
mulai melakukan investigasi.
“apa maksudmu?
Melarikan diri? Bersembunyi?. Kang jiyeon apa tujuanmu datang mencariku. Bukankah
urusan kita dahulu sudah selesai?” ucap Hayoung gusar.
“ketika
Haejun oppa ditemukan tak berdaya di pantai busan, kau berada dimana, Hayoung
ssi?” aku mulai menggertak.
Wajah Hayoung
langsung memerah, kemarahannya Nampak jelas tergurat, sontak dia berdiri dari
perpaduannya, tapi kembali lagi dia tersenyum manis menanggapi seranganku, “apa
kau menuduh aku yang melakukannya? Kau kira siapa dirimu?” suara hayoung mulai meninggi
terpancing emosi.
“perbuatanmu
telah membuat Haejun oppa menderita untuk seumur hidupnya. Kau kira aku tidak
mengetahui hal itu?” ujarku masih berusaha tetap tenang. Ingin sekali aku
menjambak rambutnya bila perlu mencakar-cakar mukanya.
“perbuatanku?
ha,,ha,,,ha,,ha” suara tawa Hayoung semakin besar.
“kau yakin
itu perbuatanku, Jiyeon ssi?. Kalau aku mengatakan semua ini karena salahmu,
apakah kau akan percaya?” hayoung semakin tak terkendali.
Sekarang Aku
tidak bisa menebak arah pembicaraan Hayoung, emosiku mulai tak terkendali. Tubuhku
memanas, aku ingin sekali melenyapkan wanita ini dari hadapanku, “apa? salahku?” suaraku tersendat-sendat gugup.
“Haejun oppa
tidak pernah mencintaiku, dia hanya menyukaimu, memikirkanmu. Tapi selama ini aku
tetap bersabar menunggu hatinya, bahkan aku lebih memilih dia daripada pria
yang mencintaiku. Benar,,apa katamu dulu, aku seperti hewan peliharaannya
selalu mengikutinya kemana dia pergi. Dia
terus menyuruhku menunggunya sampai dia benar-benar menyadari keberadaanku. Aku
juga manusia Jiyeon ssi,,,aku juga punya batas kesabaran. Perempuan mana di
dunia ini yang hanya ingin jadikan pelarian?” Hayoung mulai terisak, dia duduk
terlemas di lantai.
“tapi kenapa
Haejun oppa tidak pernah mengatakan apa-apa kepadaku?” aku juga mulai lemas,
terkejut mendengar pengakuan hayoung.
“Lee Jaewon,
karena dia juga menyukaimu. Kau tahu kan mereka berdua bersahabat, Haejun oppa
lebih memilih mengorbankan perasaannya daripada persahabatannya. Betapa menderitanya
oppa selama ini” Hayoung terdiam sesaat, masih dengan terisak dia berkata
kembali “ketika di Busan, aku yang mengajak oppa ke atas bukit dekat laut itu,
dan aku juga yang mengirimkanmu pesan singkat itu, aku menggunakan Handphonenya
diam-diam, bermaksud untuk membuatmu cemburu. Tetapi oppa tahu perbuatanku,
ketika dia hendak akan mengambil Handphonenya dari tanganku yang ku angkat
atas-atas, dia tiba-tiba terpeleset dan jatuh dari tebing. Padahal waktu itu
aku hanya ingin bermain-main dengannya. Melihat dia tercebur ke laut, aku mulai
panik dan tidak bisa berpikir jernih, karena sangat ketakutan aku memilih untuk
meninggalkan tempat itu, membuang handphone oppa ke laut dan menghilang dari
hadapannya”.
“pembohong!”
suaraku semakin bergetar sambil mengguncang-guncang tubuh hayoung namun dia
diam tak melawan.
“kalau kau
tidak percaya tanyakaan saja sama oppa” hayoung kembali memandang sinis.
Aku melepas
tanganku dari tubuh Hayoung, aku semakin terisak antara percaya dan tidak dengan
apa yang dikatakannya. Aku meninggalkan kamar hotel itu dengan langkah
terhuyung tak bertenaga. Air mataku terus mengalir, terus memikirkan Haejun
oppa yang sekarang menderita karena perbuatanku.
“apa yang
harus aku lakukan sekarang?”. Aku mengingat kembali masa SMA ketika aku
mengatakan tidak pernah menyukai Haejun kepada hayoung. “mungkinkah dia
mendengarkan hal itu?, ya,,,pasti dia mendengarnya. Apakah karena itu juga dia
menyimpan perasaannya?” batinku.
Bersambung,,,
aigoooo...makin penuh emosi n konflik pribadi..
BalasHapusgo go..
cemungud,,,,
Hapushahahaha berasa nonton sinetron korea, kkkkk... oh semakin jelas nih sapa cowok yg sebenarnya paling disukai si jiyeon... awalnya tak kira dy suka dongwoo tu...
BalasHapuswkwkwkkwkwkkwkwkwk,,,,
Hapusyiq juga heran kok ceritanya seperti itu onni,,,
tapi dimaklumi aja dah,,,
Ryan udah jadi...
BalasHapus