Kamis, 29 November 2012

andik vermansyah

Diposting oleh mongyimongyi di 11.44 0 komentar
namanya tidak asing lagi di telinga kita. Memperkuat timnas (baca : tim nasional) junior di SEA GAMES dan sekarang kembali lagi dia tampil di ajang AFF suzuki cup 2012. ketika LA GALAKSY (tim sepak bola dari amerika serikat yang diperkuat oleh David Backham) berlaga uji coba melawan timnas indonesia, dia mendapatkan pujian dan bonus kaos dari david backham.

kelahiran jember, jawatimur pada 23 november 1991(21 tahun) dengan posisi sebagai gelandang serang, cowok bertubuh mungil ini sangat memukau di tengah lapangan dengan kecepatannya dan tekhnik permainannya yang hebat. bahkan media massa di portugal menyebut dia sebagai "messinya indonesia", diapun dikabarkan tengah diincar klub benfica dan klub seri B regina. dia juga dilirik klub seri A inter milan.


ini dia "Andik Vermansyah", pahlawan indonesia di piala AFF suzuki 2012 tadi malam (28 november 2012) ketika indonesia melawan singapura di babak penyisihan drup. walau tadi malam bukan partai puncak tapi bagi masyarakat yang menonton mungkin terasa seperti final. sejarah pertemuan kedua negara, indonesia mencatat hasil buruk dimana timnas tidak pernah menang melawan singapura sejak tahun 2002. dari lima belas kali pertemuan indonesia hanya menang satu kali, sembilan kali kalah dan lima kali seri.

gol tunggal yang dipersembahkan andik memberikan senyuman kepada penonton dan suporter indonesia baik di stadiun maupun dirumah yang hanya menyaksikan dari layar kaca. setidaknya harapan indonesia menembus semifinal di ajang ini masih terbuka  dan akan berhadapan dengan malaysia 1 desember mendatang sebagai pertempuran yang menentukan. adalah sebuah dendam masih tersimpan di lubuk hati para masyarakat indonesia terhadap malaysia di kekalahan final AFF tahun lalu. sesungguhnya malaysia tidak sehebat brazil dan tidak sekuat argentina hanya keberuntunganlah yang membedakan kalian dengan malaysia. semoga menang,,,amin. kami akan selalu mendoakanmu timnas.

seperti katanyua andik usai pertandingan indonesia lawan singapura

"Masyarakat boleh membenci PSSI, boleh benci KPSI, tapi jangan membenci timnas,” kata pemain yang mengilap di Persebaya ini."

"Aku senang sekali. Kemenangan ini akan menjadi modal kami lolos ke semifinal. Terima kasih sekali untuk dukungan masyarakat dan TKI di sini (Malaysia) yang telah mendukung kami,” ucap Andik seperti dikutip oleh Kompas.

berjuanglah andik dan kawan-kawan, berjuanglah timnas. kemenangan akan diperoleh melalui usaha dan kerja keras serta doa dari para suporter...fighting,,,,fighting,,!

Senin, 26 November 2012

hore,,,award,,,,! terus gue harus bilang wow gitu,,,,!

Diposting oleh mongyimongyi di 11.36 2 komentar
buka pesan dari liana kuspatiatun aka kak At di fb (baca :facebook), tulisannya "kamu dapat award, check this out,,,,". penasaran,,trengg,,trenggg,,,,koneksi lelet, nunggu sambil pelototin laptop, nunggu lagi,,nunggu lagi,,terus buat kopi,,,siapin alat praktikum gynecologi dan obstetri, pelirin laptop lagi, terus ke kamar mandi,,balik lagi lihatin laptop sampai pada akhirnya terbukalah sebuah bolg dengan alamat arlyn-mycorner.blogspot.com, (gila panjang benar proses lodingnya,,,,,).

iyah,,,topik kali ini adalah "LIEBSTER award",,,hore...hore,,,. ajang games ini diperuntukan bukan ke sembarang orang lho, hanya orang yang terpilih yang bisa mengikutinya,,,he (jadi inget iklan SCTV award).


nah, setiap games biasanya punya peraturan,,,,(copy dari blog kak at ni,,,), apa aja itu,,,,:
- setiap orang yang dapat award musti nulis 11 hal tentang dirinya
- musti jawab pertanyaan si pemberi award - nunjuk 11 kandidat penerima award berikutnya
- ngasi 11 pertanyaan yang musti dijawab si penerima
- ngunjungin blog yang udah diberi award dan jangan memberi award balik

oke,,capcus yok,,,
1. tentang aku
  • perkenalan biasanya mulai dari nama, namaku Sri Handayani, orang yang tidak dekat biasanya panggil Sri atau Yani,,nah,,bagi sahabat, keluarga dan teman-teman mereka memanggilku Yiq.
  • dari sebagian tes yang pernah dijalanai, hasilnya aku adalah tipe plegmatis bergolongan O.
  • hobi == 3M (Membaca, Menulis, dan Menonton)
  • keinginan == ingin seperti JK. rowling yang punya daya imajinasi kelas tinggi, menjadi backpacker ke berbagai negara, dan suatu hari bisa menginjakkan kaki di korea.
  • sekarang aku lagi terkurung di lab kedokteran, entah kapan bisa S2,,,permaslahannya berat di ongkos,,,
  • sekarang lagi tertarik sama bahasa korea dan bahasa isyarat,,,,
  • suka semua yang berbau bulutangkis terutama pasangan ganda campuran liliyana natsir - tantowi ahmad dan sepakbola, club favoritku the red devils ''Manchester united" dan tidak tahu kenapa saya benci dengan ''barcelona''.
  • tidak suka makan hati dan segala pernak pernik isi dalam seperti usus dan kawan-kawannya, dan tidak suka pepaya, sedikit tidak suka telur tergantung pengolahannya.
  • pingin sekali jadi pekerja sosial, apa saja yang penting bisa membantu orang.
  • kalau orang yang belum mengenalku, mereka pikir aku adalah orang yang kalem dan pendiam, tapi kalau udah dekat keluar dah sifat asliku cerewet dan urak-urakan...hehe.
  • paling tidak suka dengan orang yang sok tahu segalanya, yang merasa dirinya paling pintar walau memang dia pintar, dan orang yang memilih teman dalam bergaul. 
 kandidat selanjutnya,,,,,,
  1. kiki onni
  2. mbk rany
  3. novy
  4. mas kelik
  5.  
  6.  
  7.  
  8.  
  9.  
  10.  

 (bingung mau rekomendasikan siapa, maaf)

2. pertanyaan yang harus di jawab
  1. pernah enggak ngerasa kenal seseorang tapi sebenarnya belum pernah kenalan sama sekali?  :  tidak pernah
  2. kalo seandainya dikasih kesempatan buat keliling dunia, negara mana yang paling ingin kamu kunjungi? alasannya? :  pastinya Korea, alasannya, suka aja,,,,,
  3.  pilih mana jeruk atau apel? kenapa? :  jeruk, karena rasanya lebih bervariasi ada manis, asem, pokonya nano-nano dah,,,
  4. seandainya kamu menderita sakit parah kamu milihnya sakit apa? : leukimia (kanker darah), kayaknya keren gitu seperti di film-film,,,he
  5. mawar, melati, anggrek, bunga matahari. mana yang kamu pilih? kenapa? : melati, baunya semerbak mewangi sepanjang hari,,,
  6. teman seperti apa yang paling bikin kamu sebel? : yang paling merasa dirinya pintar dan meremehkan kemampuan orang lain.
  7. pilih mana selingkuh atau diselingkuhi? :  diselingkuhi
  8. Andaikan kamu musti tinggal dan hidup tidak di kotamu sekarang, kota manakah di Indonesia yang ingin kamu tinggali? Alasannya??:  bandung, katanya disana udaranya dingin,,,
  9. Pernah berkhayal? Jika pernah, apa khayalan tergilamu? :  menjadi seperti einstein, orang jenius dan menjabat profesor termuda di dunai,,,wkwkwkwk
  10. Recorder, buku, tv, hape. Urutkan sesuai dengan yang paling kamu butuhkan dan jangan lupa berikan alasannya! :) :  hape, buku, tv, recorder,,,hape untuk komunikasi jarak jauh, buku katanya adalah teman yang paling setia, tv bisa membuka wawasan dan recorder selama ini buat iseng-iseng doang,,,,he
  11. Selama kamu belajar bahasa, bahasa apa yang paling susah kamu pelajari dan bahasa apa yang paling ingin kamu kuasai. Kenapa? :  bahasa yang paling susah yaitu bahasa korea, gila bahasanya belibet banget, harus ada partikel lah dan macam-macamnya, dan bahasa yang paling ingin di kuasai adalah bahasa inggris, secara kalau bisa bahasa inggris dunia ada digenggamanmu begitukan kata orang.
 pertanyaanya selanjtnya :
  1. kapan kamu merasa paling cantik? kenapa?
  2. pilih ibu atau ayah? alasannya?
  3. pilih suami yang kaya tapi jelek atau ganteng tapi miskin?
  4. pada saat kapan kamu merasa cemburu sama seseorang? kenapa?
  5. apa arti sahabat menurut kamu?
  6. ilmuan atau pengusaha?
  7. jika kamu menjadi presiden indonesia, apa yang akan kamu lakukan pertama kali?
  8. ketika kamu dalam situsi sulit, siapa orang pertama yang kamu pikirkan untuk datang menolongmu?
  9. jika ibukota jakarta dipindahkan, kota mana yang menjadi rekomendasimu?alasannya?
  10. menikah dulu atau lanjut kuliah? kenapa?
  11. pilih punya banyak uang atau meminta apapun langsung dikabulkan? alasannya?

Senin, 12 November 2012

one heart (part 4)

Diposting oleh mongyimongyi di 09.14 2 komentar


November  2017

Sejak hari itu, aku tidak menampakkan diri di rumah sakit.  Sudah seminggu ini, aku tenggelam dalam pekerjaan yang  tak kunjung selesai. Berkali-kali dongjoo menelpon dan mengirimkan pesan singkat tapi tidakku hiraukan. Aku hanya ingin menenangkan diri barang sejenak dan berusaha menerima kenyataan itu dengan lapang dada. 

Sekali lagi teleponku berbunyi, ini pasti dari dongjoo lagi pikirku. Aku benar-benar tidak punya keberanian untuk mengangkatnya. Malam semakin larut, tetapi jalan gangnam semakin ramai dipadati massa. Mereka seperti tidak punya masalah dalam hidupnya, riang gembira berjalan bergadengan tangan dengan sang kekasih, bahkan ada yang bergerombol sambil bercanda dengan teman sebaya. Aku bagai sendiri di dunia ini, merasa sangat kesepian ditengah kemeriahan kehidupan malam jalanan ibukota. Kerlap kerlip lampu jalan dan benderangnya lampu deretan toko tak mampu menyinari hatiku yang sudah terlanjur kelam. 

Langkahku terhenti sejenak, kemudian aku mencoba menutup telinga dengan kedua telapak tangan dan memejamkan mata perlahan. Pikiranku mulai melayang, membayangkan bagaimana jika aku tidak bisa mendengar seumur hidupku, bagaimana jika aku terus hidup dalam kesepian tanpa suara sedikitpun. Tiba-tiba bayangan Haejun oppa terlintas dalam benakku melihatnya menangis pertama kali seumur hidupku membuat aku begitu menderita, “apa yang dia lakukan sekarang?, apakah dia baik-baik saja?,akankah dia mampu menghadapi cobaan ini?”, tanpa sadar air mataku jatuh, terus jatuh mengalir membasahi pipiku. Aku membuka mata kembali melihat ke sekitar, orang-orang sangat sibuk dengan dunianya sendiri. Aku semakin terisak dengan kegelisahan ini, langkahku semakin cepat, seperti orang tersesat dan tak tahu jalan pulang, aku berlari dan terus berlari sampai pada akhirnya menemukan diriku tepat berdiri didepan rumah sakit.

“Haruskah aku masuk?”, desahku putus asa, sungguh kakiku sangat berat untuk melangkah barang sejengkal. Batinku berkecamuk, “apa yang harus aku lakukan?”.
“jiyeon a,” suara itu memecahkan kesendirianku. Aku menengok ke belakang dan melihat park jinhae melambaikan tangan. Aku tertegun, karena seseorang yang tak kukenal menggandeng erat tangannya. 

“oh,,,annyeonghaseo,”[1] sapaku dengan senyum dipaksakan. Pandanganku tak beralih dari perempuan disamping jinhae. Aku menatap jinhae, memperlihatkan ekspresi penasaran ‘siapa wanita ini?’.

“jiyeon a, perkenalkan ini istriku” ucap jinhae penuh semangat. “Dialah orang yang aku ceritakan dulu” lanjutnya menatap sang istri mesra.

“oh,,,begitu rupanya, annyeonghaseo,,,saya kang jiyeon”, tukasku pura-pura terkejut, kemudian memperkenalkan diri sembari mengulurkan tangan.

“annyeonghaseo, saya chaerim” balas perempuan itu ramah menjabat tanganku.

“oppa, ibumu sungguh pintar menilai wanita, dia mampu melunakkan batu karang yang sangat keras,sanggup mencairkan hati yang beku bagai es” kataku dalam hati.

“kau tidak masuk?” Tanya jinhae dengan telunjuk mengarah ke bangunan dibelakangku, membuyarkan pandanganku dari istrinya.

“oppa, darimana kau tahu kalau haejun oppa dirawat disini?” tanyaku balik tanpa menjawab pertanyaan jinhae terlebih dahulu. Terlihat mimik kaget istrinya mendengarkanku memanggil jinhae dengan sebutan oppa, namun sesegera mungkin dia kembali tersenyum.

“dongjoo yang menelponku, dia mengatakan kalau hyeong sedang dirawat di rumah sakit ini” ujar jinhae. 

“apakah kau mengetahui penyakit haejun oppa?” tanyaku memastikan kalau dongjoo tidak membocorkan rahasia. 

“dongjoo tidak mengatakan apa-apa, dia hanya bilang kalau hyeong sedang terbaring lemah” jawab jinhae dengan wajah polos yang memang tidak tahu apa-apa.

“mari kita masuk sama-sama,,,!” ajakku bersemangat, entah darimana datangnya energi itu, tapi yang jelas, aku akan memastikan kalau jinhae tidak akan pernah tahu bahwa haejun oppa telah kehilangan pendengarannya.

September,2013
Sunkyunkwan university

Waktu terus berlalu,  tanpa disadari aku semakin dekat dengan jinhae walau hanya sebagai teman biasa, Tapi aku tetap senang karena dengan cara itulah aku selalu bisa melihat wajah dan mendengar suaranya. Sifat pendiamnya memang tidak berubah, dan aku harus berjuang setiap waktu untuk memecah kebisuan. Terkadang aku membicarakan hal-hal yang tidak bermutu, entah itu tentang masalah kuliahku, keluargaku, sampai hobi-hobiku, namun jinhae dengan sabar duduk mendengarkan. Dia sesekali menanggapi dengan sedikit senyuman paksa dan anggukan tanda mengerti. 

Bagaimanapun aku melihat wajahnya selalu dipenuhi dengan kegundahan, kali ini aku memberanikan diri untuk bertanya, “oppa,,apakah kau baik-baik saja?” dengan nada penuh kekhwatiran. Dia hanya menggeleng, dan jawaban itu membuatku semakin membujuknya.

“bukankah kita teman, tidak biskah kau berbagi sedikit masalahmu kepadaku?” ucapku penuh kekesalan, memandangnya dengan tatapan tajam. Aku menunggu-nunggu kata-kata apa yang akan dia ucapkan. Lima menit pertama, hanya suara angin yang menghampiri telingaku. Sepuluh menit berlalu jinhae masih saja terdiam.

“kalau kau tidak mau bicara, baiklah,,,aku akan pergi dari sini!” ancamku yang kemudian beranjak menjauhi jinhae. 

“jiyeon a,,,,berhenti!”, jinhae berdiri dari tempat duduknya. Seketika kakiku enggan untuk melangkah, aku terdiam tanpa menengok ke belakang. Kemudian aku tersenyum simpul karena aku tahu pasti dia akan bersuara.

“berhentilah menyukaiku!, semakin kau menyukaiku, hidupku semakin menderita” terdengar nada jinhae penuh harap. 

Langit bagai runtuh, bumi terasa berguncang kuat, dan petir dahsyat seperti menghantam ragaku. Senyumku lenyap seketika, wajahku memucat hebat, jantungkuku seakan berhenti berdetak ‘sejak kapan jinhae tahu perasaanku?, bagaimana dia bisa tahu, siapa yang memberitahukannya?’, suara batinku terus bergejolak, otakku seperti berputar mencari jawaban kesana kemari atas pertanyaanku sendiri. 

“kau tidak tahu betapa sulitnya aku menghadapi situasi ini, ketika kita semakin dekat tiba-tiba ibuku sudah menyiapkan calon istri yang pantas menurut dia. Aku tidak bisa menolak permintaannya, karena ibuku sangat berharga. Ibuku sekarang sedang sakit, dan permohonan terakhirnya sebelum dia meninggal yaitu aku harus menikah dengan wanita pilihannya” isak jinhae dengan ekspresi wajah kacau. 

Aku tidak bergeming sedikitpun, Kata-kata jinhae membuatku tak kuasa bergerak. Hatiku terasa perih bagai teriris sebilah pisau.

“jiyeon a,,,!” jinhae berteriak keras. Karena aku terlalu takut menatapnya, aku masih terus membelakanginya, Air mataku hampir tumpah dan aku berusaha untuk menahannya, jangan sampai jinhae melihat sedikit pun kesedihan dimukaku. 

Kemudian aku menghela napas, menenangkan diri sebisa mungkin dan memutuskan untuk membalikkan badan dengan tersenyum manis ke arahnya, berpura-pura tegar dan berkata “oppa, aku rasa kau salah menilai diriku, aku tidak pernah menyukaimu, bahkan sampai saat ini kita hanya bertemankan,,,”, aku berhenti sejenak, leherku seperti tercekik, suaraku seakan tertahan, air mataku sudah tidak sabar keluar dari tempatnya tapi aku tetap memperlihatkan wajah santai tak berdosa. 

“ aku tidak pernah mengharapkan lebih, jadi kau tidak perlu khawatir”, aku kembali memasang senyum paksa menutupi semua kebohonganku.

“tapi aku……”jinhae berusaha menjawab, namun aku buru-buru memotongnya.

“semoga kau bahagia, oppa” lanjutku melihat wajah jinhae yang tanpa semangat, seperti putus asa. “tenanglah, aku pasti akan hadir di hari pernikahanmu” kemudian aku melambaikan tangan untuk terakhir kalinya dan berlalu dengan wajah sandiwara. Aku melangkah dengan santai dan ketika jarakku dengan jinhae sudah cukup jauh, pada saat itu juga air mataku akhirnya tumpah ruah, aku tidak bisa lagi menahan diri untuk menangis habis-habisan, terus terisak sepanjang jalan pulang tanpa malu dengan sekitar yang sekilas memperhatikan.

“aku bahagia bisa mengenalmu, dan menjadi seseorang yang ada dihatimu. Sungguh aku kagum dengan sikapmu, aku ingin seperti dirimu jiyeon a,,, ketika sedang sedih maka kau akan menangis, jika merasa kesal dengan segera kau melimpahkan kemarahanmu, dan saat hatimu bahagia tanpa sungkan kau akan tersenyum senang. karena tidak semua orang bisa melakukan sepeprti yang kau perbuat, termasuk aku” jinhae bergumam pilu menyiratkan kesedihan.

Bahkan sekarang aku tidak bisa menolak permintaan ibuku, aku tidak bisa menangis bersedih, tidak sanggup memuntahkan amarah dan tak mampu tersenyum bahagia. Kau berbeda, sekarang walaupun kau tampak senang menanggapi kata-kataku dan mengucapkan kalau kau tidak menyukaiku namun aku tahu bahwa sekarang kau sedang berbohong dan menangis, jiyeon a,,,maafkan aku” lanjutnya merintih masih memandang lemas jiyeon berlalu meninggalkanya begitu saja.

November,2017
Rumah sakit, kamar VIP 203

Sepanjang jalan menuju kamar haejun oppa, tidak ada pembicaraan yang terjadi diantara kami bertiga. Aku, jinhae dan istrinya chaerim terdiam dalam kerumunan orang-orang sakit yang lalu lalang. Hanya chaerim yang sesekali melempar senyum kepadaku sedangkan jinhae diam membeku dalam genggaman tangan istrinya. Mungkin tidak ada yang perlu dibicarakan atau sekedar untuk basa basi pun aku kehilangan kata-kata. 

Sekarang jinhae telah berubah, tidak seperti ketika bersamaku dulu, kaku dan pendiam. Kini dia lebih sering mengajak istrinya berbicara dan bercanda saling tersenyum mesra. Sedangkan aku sekarang, hanya bisa mengamati mereka berdua walau dalam hatiku terbersit sedikit cemburu, “kenapa dia tidak seperti itu kepadaku dulu” batinku. 

Meskipun sedari tadi aku berjalan disamping jinhae, dia Cuma sekali menoleh kepadaku dan selebihnya chaerim adalah prioritas utama.  Aku seperti sebuah tiang di sepanjang jalan yang tidak dipedulikan. Aku mulai kesal sendiri, jengkal kaki aku percepat dan mendahului mereka. Lorong ini terasa begitu panjang, padahal hanya beberapa meter dari kamar haejun oppa. 

akhirnya sampai juga” aku mendesah dalam hati. Dengan hasrat tinggi aku mempersilakan mereka masuk setelah membukakan pintu. Langsung saja kedatangan kami disambut bersemangat oleh haejun oppa, ternyata ada dongjoo dan jaewon juga di kamar itu. Jinhae dan istrinya mendekati haejun oppa dan berkata “hyeong, bagaimana keadaanmu sekarang?, cepatlah sembuh!,”.

“tentu saja, dia akan sembuh, iya kan oppa?” aku menyerobot menjawab. Haejun oppa menggelengkan kepalanya kepadaku. Aku sungguh bahagia melihat sikapnya kembali seperti biasa, tidak terlihat sedikit pun gurat kesedihan di wajahnya.

“jinhae ya,,kalian tampak serasi” ujar haejun oppa. Chaerim pun tersipu malu dengan pujian itu, dan jinhae menanggapi dengan tersenyum. 

“oh, jaewon ssi,,,bagaimana kabarmu?, lama tidak bertemu” sapa jinhae akrab mengalihkan pandangannya ke jaewon. Jaewon menjawab seadanya saja, karena mereka tidak begitu saling mengenal, bertemu pun hanya beberapa kali ketika jaewon dulu datang ke kampusku ketika aku harus menyelesaikan tugas wawancaraku.

Aku kemudian bereaksi berlebihan, langsung melompat merangkul jaewon, terpaksa jaewon harus menundukkan badannya yang tinggi karena lenganku yang pendek melingkar dilehernya , sontak semuanya menatap heran dengan tingkahku. 

“kenapa kalian menatapku seperti itu?” aku menampakkan muka sengaja tidak mengerti. Mereka hanya memunculkan senyum tak peduli. Aku kemudian menghampiri haejun oppa yang duduk berselimut di kasur empuknya, aku memandangnya lekat-lekat “mianhae[2], aku baru bisa datang sekarang” ucapku bernada manja seperti biasa dengan muka merekah. Haejun oppa langsung melayangkan jitakannya ke kepalaku dengan muka sok kesal, karena gerakannya yang terlalu cepat, aku tidak bisa menghindar dan  mengusap kepalaku sambil mengaduh sakit. 

“kenapa kau baru muncul sekarang!, aku kesepian di sini sendiri” ucapnya. Aku nyengir saja didepannya.

oppa, jangan khawatir,,! aku akan selalu berada disampingmu” desahku dalam hati. Aku mengarahkan pandangan curiga ke arah dongjoo yang sedari tadi berdiri santai menatapku nanar di samping haejun oppa “dongjoo ya,,,apa jaewon tahu rahasia ini?” gerutuku geram dalam hati.
***

Taman rumah sakit
Sore , pukul 16.00

“jaewon a, bagaimana studimu?” tanyaku. Jaewon terlihat sangat menikmati suasana taman ini, taman tempat haejun oppa selalu bertingkah seolah-olah mendengarkan musik dan menghirup udara segar. 

“siapa yang memberitahumu kalau haejun oppa sakit?, kau tahu oppa sakit apa?” aku terus menyerang jaewon dengan pertanyaan-pertanyaan tanpa menunggu jawabannya satu-satu. 

Jaewon tersenyum ketus mendengarkanku, dia menatapku hangat “kau masih jiyeon yang dulu” ucapnya datar, sikapnya terlihat sangat dewasa dan pintar. Aku menciut di depannya, merasa sangat kerdil, keangkuhan yang dulu masa SMA seperti menjauhiku. Kenyataan gelar di belakang namanya membuktikan saat ini dia adalah seorang master IT, sedangkan aku hanya sarjana biasa yang ilmunya tak seberapa. 

“aku sudah menyelesaikan pendidikan, mulai sekarang aku tidak akan kemana-mana lagi. Saat sampai di rumah aku mengabarkan dongjoo tentang kepulanganku dan bertanya bagaimana keadaan hyeong, dia mengatakan kalau hyeong sakit, ketika aku tanya hyeong sakit apa, dia malah mengatakan  kalau aku tidak perlu khawatir. Dan saat melihat hyeong, dia sepertinya tidak menderita” jelas jaewon panjang lebar tetap dengan mimik muka kalem.

Aku manggut-manggut serius mendengarkan jaewon dan menghembuskan napas lega, dongjoo sejauh ini menepati janjinya pada haejun oppa untuk tidak memberitahukan siapapun termasuk aku. aku bersorak senang dalam hati, rahasia ini masih tersimpan rapi selama dongjoo tidak membuka mulut. 

“jiyeon a, aku ingin menanyakan sesuatu….” Tiba-tiba suara pesan singkat masuk, aku mengangkat tangan isyarat memotong perkataan jaewon. Aku melihat layar HP, jelas tertulis “aku menunggumu di tempat biasa, sekarang..!”.
 
“jaewon a, aku harus pergi, pertanyaanmu yang tadi lain kali saja ya,,!” teriakku sambil berlari terbirit-birit  memperlihatkan tanda oke dengan tanganku. 

“apakah kau masih menyukaiku, jiyeon a walau  sedikit saja?,” tukas jaewon. 

“aku ingin sekali menanyakan prihal ini, tapi kau malah pergi begitu saja seenaknya, apakah pesan itu dari hyeong?, gadis bodoh!”lanjut jaewon kecewa karena dia merasa tidak ada kesempataan lagi untuk menanyakannya lagi.

sungguh bodoh diriku ini, aku melepaskanmu begitu saja dulu. Kini aku menyadari kau sangat berarti, aku begitu kehilangan dirimu. aku bisa membaca dengan jelas dari lakumu bahwa hatimu sekarang hanya untuk haejun hyeong ” batinnya menyesali perbuatannya lima tahun lalu.

Agustus 2012

Tugas kuliah  mempertemukan kembali aku dengan jaewon. Kami lebih sering bertemu, entah kenapa rasa sukaku ketika SMA dulu muncul kembali, cinta lama bersemi kembali. Setelah tugas wawancara selesai, kembali kami jarang bertemu. Aku mulai resah dan gelisah, pikiranku antara jaewon dan jinhae. Karena sampai saat ini jinhae tidak merespon keberadaanku, aku sempat akan mengejar lagi jaewon. ‘sambil menyelam minum air, dua lalat sekali tangkap’ ingin sekali aku menerapkan pepatah ini. 

Kemudian jaewon mengajak bertemu di café favoritku. Aku sudah membayangkan dia akan menyatakan sukanya, tapi sungguh nasib tidak berpihak kepadaku. Dia malah mengabarkan akan pergi kuliah ke luar negeri dan tidak tahu akan kembali. Spontan saja aku mengatakan menyukainya agar dia mengurungkan niatnya. Tapi dia tetap kukuh, masa depannya akan ditentukan dengan pendidikannya kali ini. aku pasrah dengan yang terjadi, bahkan jaewon tidak menjawab perasaanku. Dia hanya berlalu dan menghilang di tengah derasnya guyuran hujan. 

Aku menyalahkan diri sendiri, betapa terlihat bodohnya aku berkata kalau menyukainya. Tidakkah sangat lucu, dan mungkin paling menggelikan ketika jaewon tidak jadi pergi karena ulahku. Aku tersenyum pahit, dan berpikir sungguh egoisnya diriku ini.



November 2017
Teras atap rumah sakit

Dengan napas tersengal-sengal kecapekan, aku mendekati dongjoo dan menyenggol lengannya yang lagi asyik menikmati kopi ditemani sunset sore yang tampak memamerkan keindahannya. Mimik muka marah langsung menyerangku, dia terdiam kesal seperti aku sudah melakukan kesalahan yang tidak bisa termaafkan.

“kau marah padaku? Lihat mukamu sungguh mengerikan” aku menyengir mengalihkan pandanganku dari mukanya yang merusak suasana. 

“kemana saja kau selama seminggu ini,,,,telepon dan pesanku tidak pernah dibalas” desah dongjoo tak bersemangat, kembali dia meneguk kopinya habis. 

Aku menunduk lesu, menyadari sikapku yang pengecut tak menerima kenyataan. Aku tidak bisa membela diri di depan dongjoo, alibiku mungkin hanya akan memperparah keadaan. Aku memilih diam beberapa saat. 

“aku sudah tidak tahan dengan semua ini, sekarang dengarkan aku baik-baik!” dongjoo memegang kedua lenganku menghadapkan tubuhku tepat didepannya. 

“haejun hyeong…..” dongjoo kembali menarik napas, mulutnya seperti gagu, susah mengeluarkan kata-kata yang sudah ia rangkai. 

“aku sudah tahu, jadi kau tidak perlu mengatakan apa-apa!” ucapku biasa memotong lanjutan kalimat yang akan dilontarkannya. 

Dongjoo kaget mendengarkan, cengkraman tangannya terasa lemas dan melepaskan kedua lenganku, dia menunduk dengan matanya yang memerah. 

“maafkan aku, baru mengatakannya sekarang…hyeong menyuruhku untuk merahasiakan semuanya darimu dan juga semua orang” desahnya lesu.

“malam itu aku mendengar semuanya, yang paling menyakitkan aku menyaksikan oppa menangis. Bahkan di saat keadaannya seperti itu dia masih memikirkan perasaan orang lain” gumamku sambil  menepuk punggung dongjoo menenangkannya.

“aku tidak berdaya, aku tidak bisa menolongnya dengan ilmu dan kecanggihan kedokteran modern sekalipun. Syaraf pendengarannya sudah rusak total” isaknya. Dongjoo menangis menyesal.

“ini bukan sepenuhnya salahmu dongjoo ya, jadi kau tidak perlu menyalahkan diri sendiri. Aku ingin bertemu dengan park Hayoung, bisakah kau mempertemukan kami?” mintaku memohon kepada dongjoo.

“park hayoung?,” ucap dongjoo heran.

“sebelum kecelakan terjadi, oppa pernah mengirimkan pesan kalau dia pergi bersama hayoung ke busan. Itu sehari sebelum oppa ditemukan tak berdaya dipantai busan” jelasku, kembali aku mengingat saat-saat itu.

“apakah kecelakaan itu ada hubungannya dengan hayoung?”Tanya dongjoo penasaran.
“aku juga tidak tahu, sekarang aku hanya berharap kau merahasiakan ini dari jinhae dan juga jaewon, mengerti!, bersikaplah seperti oppa bisa mendengarkanmu, seperti biasa sebelum kecelakaan menimpanya” ucapku yakin. 

Dongjoo mengangguk faham, “jiyeon a, apa yang akan kau lakukan selanjutnya?” tanyanya.

Aku menatapnya dengan senyum licik, “kau lihat saja nanti” tukasku dalam hati.

“mulai sekarang jangan menghilang lagi jiyeon a, tetaplah disisi hyeong apapun yang terjadi. Mantapkan hatimu!” batin dongjoo.

Bersambung……





[1] halo
[2] maaf

Sabtu, 03 November 2012

one heart (part 3)

Diposting oleh mongyimongyi di 09.18 7 komentar


Juni , 2010
Namsan Tower, seoul korea

Sepanjang jalan aku tersenyum-senyum sendiri,  aku begitu bahagia hari ini. Jinhae menelponku dan mengajak bertemu lagi. Setelah pertemuan di taman rusa, tidak ada perkembangan dalam hubungan kami. Mungkin karena aku yang terlalu terlihat agresif atau dia hanya menganggapku sebagai teman biasa. “Tapi tak apalah, berteman saja sudah cukup buatku”. 

Terlihat dari kejauhan, puncak menara Namsan semakin jelas, aku mempercepat langkah, jangan sampai Jinhae lebih dahulu datang. Aku berpikir akan sangat membosankan kalau seorang laki-laki menunggu teman wanita terlalu lama.

Dengan napas engos-engosan, akhirnya sampai juga di depan gerbang kawasan Namsan tower. Aku berhenti sejenak, mengatur napas sampai kembali normal, tiba-tiba teleponku berbunyi. “ya,,,jinhae ssi”jawabku cepat.

 “kau dimana?” Tanya jinhae santai, dia berjalan pelan semakin dekat.

“di Namsan tower, apakah kau juga sudah disini?” ucapku sambil berdoa mudah-mudahan dia belum datang. 

“apakah kau sudah lama menunggu, wahhh,,,jiyeon ssi kau terlihat cantik hari ini” ujar jinhae lagi yang sudah berdiri dibelakangku. Aku memutar tubuh dan tepat jinhae berdiri tersenyum melihat tingkahku.

“kau puas, sudah mempermainkan ku?” aku cemberut kesal. Dan jinhae sekali lagi tertawa, aku pikir dia semakin manis. Kami berjalan mengitari taman Namsan tower, di jalan setapak yang dikelilingi bunga sakura yang berguguran, tidak ada pembicaraan sama sekali sejak kedatangan tadi. Jinhae sesekali hanya tersenyum melihatku, dan aku juga tidak tahu harus berbicara apa. Kami terus berjalan, aku bisa melihat ada gurat kesedihan diwajahnya.  Aku tidak mungkin menanyakan sesuatu tentang hidupnya, karena pada kenyataannya kita tidak begitu dekat untuk saling bertukar pikiran. Aku menunggu dirinya bercerita, tapi memang dasar pendiam, pasti tidak akan memulai pembicaraan.  Aku mulai bosan, tidak ada kerjaan malah sibuk mengucek-ucek baju hingga lusuh, menggaruk-garuk kepala tak karuan. 

“jinhae ssi,,,ini tidak terlihat seperti kencan” ucapku bercanda sambil berjalan mundur didepannya untuk memecah kebuntuan yang terasa sangat panjang. Kembali lagi dia hanya menjawabku dengan senyuman. 

“oh,,,jadi sekarang kita tidak sedang berkencan,,” aku tiba-tiba menghentikan langkah, pura-pura tidak tahu.
“jiyeon ssi,,,terimaksih kau mau menemaniku hari ini”kata jinhae tersenyum sambil mengacak-acak rambutku dan melangkah menjauh. Aku hanya bisa menertawakan diri sendiri,”apa,,,! Terimaksih !”. Aku tidak mau menyerah begitu saja, aku mengikuti cepat langkah jinhae, setelah langkah kami sejajar, aku menyenggol lengannya dan berkata “heiii,,apakah hanya terimakasih,,,,sssssttttt,,,jinhae ya,,,ternyata kau sungguh pelit” ejekku dengan tawa kemenangan melihat ekspresi kagetnya mendengar bahasa tidak formalku. 

“apa,,,heii,,,jiyeon ssi,,,aku lebih tua darimu, seharusnya kau memanggilku oppa[1]” ucap jinhae dengan nada bercanda lalu beranjak lagi. “oppa,,,apa kau tidak akan mentraktirku,,,aku lapar” teriakku manja sembari mengelus perutku memperlihatkan ekspresi memelas. Jinhae tersenyum memandangi tingkahku dan aku pun membalas senyuman itu.
***

Mei, 2012
Universitas IT, Daegu

Terdampar dikampus asing demi tugas kuliah dari dosen killer. Aku harus mewawancara seseorang yang mengerti teknologi. Sepanjang jalan kampus ini, aku melihat mahasiswa begitu sibuk dengan gadget-gadget canggih ditangan mereka. 

“kenapa aku harus mengambil kelas ini,,” keluhku untuk kesekian kalinya. Panas yang terik, keringat memenuhi tubuhku, aku sungguh tidak mengenal kampus ini apalagi mahasiswanya. “apa yang harus aku lakukan..?” gerutuku melangkah tak tentu arah.

“jiyeon a,,,,benarkan kau kang jiyeon !” tiba-tiba suara sapaan menghentikan langkahku. Aku melihat didepanku seseorang yang sangat aku kenal. Dia terlihat begitu rapi, aku tersenyum bahagia, ditempat seperti ini masih ada orang yang mengenalku. 

“kau kuliah disini ?” tanyaku memulai pembicaraan, kami duduk dikantin kampus, sungguh nyaman akhirnya bisa melepas lelah. 

“ya,,,,”jawabnya singkat sambil memberiku minum jus jeruk segar. 
“sssstttt,,,,apa yang kau lakukan disini anak seoul ? apakah kau tersesat?” ejeknya. aku selalu tertawa dengan candaannya. aku tersenyum menang, pasti tugasku sempurna kali ini karena aku bertemu dengan orang yang tepat. 

Dialah Lee jaewon. Temanku sekaligus sainganku. Dulu kita mendaftar masuk di universitas yang sama, Tapi ternyata nasib berkehendak lain, dia tidak lulus seleksi dan memilih universitas lain. Saya tidak menyangka dia akan terdampar di daegu, karena dua tahun kami tidak bertemu dan kehilangan kontak. Suatu keberuntungan yang menyenangkan.
***


November ,2017
Rumah sakit, seoul

“Sungguh rumah sakit ini sangat besar” batinku setelah memasuki pintu utama. padahal ini bukan pertama kali aku menginjakkan kaki disini, tapi tetap saja aku kagum. Aku melangkah santai menuju lip, kamar tujuanku VIP nomer 203. Didalam lip, aku mencoba menelpon dongjoo tapi malah operator yang menyuruhku meninggalkan pesan suara. Aku mencoba lagi tapi tetap saja tidak ada jawaban. ‘mungkin dia lagi melakukan operasi’ mencoba berpikir positif. 

Kamar 203  jelas tertulis di depan pintu, aku memasang senyum termanis dan membuka pintu berharap Haejun oppa akan terkejut dengan kedatanganku. 

“hyung, kenapa kau seperti ini,,!”bentak dongjoo. suaranya menghentikan langkahku, aku diam terpaku di depan pintu yang sedikit terbuka. 

Dia terus mengguncang-guncangkan badan Haejun yang diam berdiri. Tidak ada perlawanan yang haejun lakukan, dia bagai boneka mainan tak bernyawa.
“hyung, bicaralah,,,!” teriak dongjoo lagi. 

“dongjoo ya,,,benarkah tidak bisa dilakukan operasi ?, benarkah aku tidak bisa mendengar lagi ?” isak haejun mulai menangis, tubuhnya lemas dan memegang lengan dongjoo agar tidak jatuh. Dongjoo hanya mengangguk tak berdaya, sepertinya tidak ada yang bisa dia lakukan.

“dongjoo ya, jangan memberitahukan siapapun masalah ini, termasuk kepada jiyeon. Apakah kau mau berjanji” pinta haejun. 

“hyung,,,” ucap dongjoo tidak rela, Karena dia merasa jiyeon berhak tahu masalah ini. ‘Bahkan disaat seperti ini hanya jiyeon yang selalu setia berada disampingmu, alasannya bahwa dia masih menyukaimu hyung’ kata dongjoo dalam hati.

Aku yang mendengar semua itu bagai disambar petir. Aku tidak percaya dengan pendengaranku, aku berjalan keluar pelan dan menutup pintu. Tubuhku bahkan perlu bersandar di tembok, tenagaku untuk melangkah benar-benar tidak ada.  Aku melewati tangga darurat, disana aku duduk memeluk lututku menangis sejadi-jadinya, membayangkan peristiwa yang dilalui bersama sebelum kecelakaan terjadi.
Sebuah kecelakaan memulai semua ini. Aku tidak tahu persis kejadiannya seperti apa, hanya tersiar kabar kalau haejun jatuh dari tebing laut di busan ketika pergi berlibur. Dan sehari kemudian tubuhnya baru ditemukan terdampar tak berdaya. Memang, sehari sebelum kejadian, haejun pernah bercerita akan pergi ke busan bersama pacarnya Park Hayoung yang dulu teman SMA ku. Yang paling aneh sejak kejadian itu, aku tidak pernah melihat hayoung muncul didekat haejun walau hanya untuk melihat kondisinya.
Setelah menenangkan diri, aku mengirim pesan ke dongjoo, ‘mari kita bertemu di tempat biasa, aku tunggu’. 

Atap rumah sakit, seoul

Aku menatap langit, jutaan bintang seakan mengatakan ‘bersemangatlah kang jiyeon’. Hari terasa sangat berat, kenyataan haejun kehilangan pendengarannya sungguh masih belum ku percaya, tapi memang begitulah kenyataannya sekarang, dia adalah seorang tuna rungu. ‘lalu, kenapa dia selalu memasang earphone ditelinganya dan berpura-pura mendengarkan musik’, ‘pantas saja jika aku telepon dia selalu tidak menjawab dan mengirim sebuah pesan singkat, dasar bodoh !’ batinku. 

Handphone ku berbunyi, tertulis ‘jiyeon a,,,maaf aku tidak bisa datang, ada sesuatu yang harus saya kerjakan, kita bertemu lain kali saja’. Aku berpikir ‘mungkin dia masih bersama haejun oppa sekarang’. Aku menghela napas, memang seharusnya aku tidak akan membicarakan masalah ini dengan dongjoo, aku sebaiknya berpura-pura tidak tahu apa-apa tentang peristiwa hari ini, aku akan diam seperti tidak pernah terjadi sesuatu, ini demi kebaikan kita semua.

bersambung,,,,


[1] Panggilan kakak laki-laki untuk adik perempuan
 

mongyimongyi !! Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea