Sabtu, 03 November 2012

one heart (part 3)

Diposting oleh mongyimongyi di 09.18


Juni , 2010
Namsan Tower, seoul korea

Sepanjang jalan aku tersenyum-senyum sendiri,  aku begitu bahagia hari ini. Jinhae menelponku dan mengajak bertemu lagi. Setelah pertemuan di taman rusa, tidak ada perkembangan dalam hubungan kami. Mungkin karena aku yang terlalu terlihat agresif atau dia hanya menganggapku sebagai teman biasa. “Tapi tak apalah, berteman saja sudah cukup buatku”. 

Terlihat dari kejauhan, puncak menara Namsan semakin jelas, aku mempercepat langkah, jangan sampai Jinhae lebih dahulu datang. Aku berpikir akan sangat membosankan kalau seorang laki-laki menunggu teman wanita terlalu lama.

Dengan napas engos-engosan, akhirnya sampai juga di depan gerbang kawasan Namsan tower. Aku berhenti sejenak, mengatur napas sampai kembali normal, tiba-tiba teleponku berbunyi. “ya,,,jinhae ssi”jawabku cepat.

 “kau dimana?” Tanya jinhae santai, dia berjalan pelan semakin dekat.

“di Namsan tower, apakah kau juga sudah disini?” ucapku sambil berdoa mudah-mudahan dia belum datang. 

“apakah kau sudah lama menunggu, wahhh,,,jiyeon ssi kau terlihat cantik hari ini” ujar jinhae lagi yang sudah berdiri dibelakangku. Aku memutar tubuh dan tepat jinhae berdiri tersenyum melihat tingkahku.

“kau puas, sudah mempermainkan ku?” aku cemberut kesal. Dan jinhae sekali lagi tertawa, aku pikir dia semakin manis. Kami berjalan mengitari taman Namsan tower, di jalan setapak yang dikelilingi bunga sakura yang berguguran, tidak ada pembicaraan sama sekali sejak kedatangan tadi. Jinhae sesekali hanya tersenyum melihatku, dan aku juga tidak tahu harus berbicara apa. Kami terus berjalan, aku bisa melihat ada gurat kesedihan diwajahnya.  Aku tidak mungkin menanyakan sesuatu tentang hidupnya, karena pada kenyataannya kita tidak begitu dekat untuk saling bertukar pikiran. Aku menunggu dirinya bercerita, tapi memang dasar pendiam, pasti tidak akan memulai pembicaraan.  Aku mulai bosan, tidak ada kerjaan malah sibuk mengucek-ucek baju hingga lusuh, menggaruk-garuk kepala tak karuan. 

“jinhae ssi,,,ini tidak terlihat seperti kencan” ucapku bercanda sambil berjalan mundur didepannya untuk memecah kebuntuan yang terasa sangat panjang. Kembali lagi dia hanya menjawabku dengan senyuman. 

“oh,,,jadi sekarang kita tidak sedang berkencan,,” aku tiba-tiba menghentikan langkah, pura-pura tidak tahu.
“jiyeon ssi,,,terimaksih kau mau menemaniku hari ini”kata jinhae tersenyum sambil mengacak-acak rambutku dan melangkah menjauh. Aku hanya bisa menertawakan diri sendiri,”apa,,,! Terimaksih !”. Aku tidak mau menyerah begitu saja, aku mengikuti cepat langkah jinhae, setelah langkah kami sejajar, aku menyenggol lengannya dan berkata “heiii,,apakah hanya terimakasih,,,,sssssttttt,,,jinhae ya,,,ternyata kau sungguh pelit” ejekku dengan tawa kemenangan melihat ekspresi kagetnya mendengar bahasa tidak formalku. 

“apa,,,heii,,,jiyeon ssi,,,aku lebih tua darimu, seharusnya kau memanggilku oppa[1]” ucap jinhae dengan nada bercanda lalu beranjak lagi. “oppa,,,apa kau tidak akan mentraktirku,,,aku lapar” teriakku manja sembari mengelus perutku memperlihatkan ekspresi memelas. Jinhae tersenyum memandangi tingkahku dan aku pun membalas senyuman itu.
***

Mei, 2012
Universitas IT, Daegu

Terdampar dikampus asing demi tugas kuliah dari dosen killer. Aku harus mewawancara seseorang yang mengerti teknologi. Sepanjang jalan kampus ini, aku melihat mahasiswa begitu sibuk dengan gadget-gadget canggih ditangan mereka. 

“kenapa aku harus mengambil kelas ini,,” keluhku untuk kesekian kalinya. Panas yang terik, keringat memenuhi tubuhku, aku sungguh tidak mengenal kampus ini apalagi mahasiswanya. “apa yang harus aku lakukan..?” gerutuku melangkah tak tentu arah.

“jiyeon a,,,,benarkan kau kang jiyeon !” tiba-tiba suara sapaan menghentikan langkahku. Aku melihat didepanku seseorang yang sangat aku kenal. Dia terlihat begitu rapi, aku tersenyum bahagia, ditempat seperti ini masih ada orang yang mengenalku. 

“kau kuliah disini ?” tanyaku memulai pembicaraan, kami duduk dikantin kampus, sungguh nyaman akhirnya bisa melepas lelah. 

“ya,,,,”jawabnya singkat sambil memberiku minum jus jeruk segar. 
“sssstttt,,,,apa yang kau lakukan disini anak seoul ? apakah kau tersesat?” ejeknya. aku selalu tertawa dengan candaannya. aku tersenyum menang, pasti tugasku sempurna kali ini karena aku bertemu dengan orang yang tepat. 

Dialah Lee jaewon. Temanku sekaligus sainganku. Dulu kita mendaftar masuk di universitas yang sama, Tapi ternyata nasib berkehendak lain, dia tidak lulus seleksi dan memilih universitas lain. Saya tidak menyangka dia akan terdampar di daegu, karena dua tahun kami tidak bertemu dan kehilangan kontak. Suatu keberuntungan yang menyenangkan.
***


November ,2017
Rumah sakit, seoul

“Sungguh rumah sakit ini sangat besar” batinku setelah memasuki pintu utama. padahal ini bukan pertama kali aku menginjakkan kaki disini, tapi tetap saja aku kagum. Aku melangkah santai menuju lip, kamar tujuanku VIP nomer 203. Didalam lip, aku mencoba menelpon dongjoo tapi malah operator yang menyuruhku meninggalkan pesan suara. Aku mencoba lagi tapi tetap saja tidak ada jawaban. ‘mungkin dia lagi melakukan operasi’ mencoba berpikir positif. 

Kamar 203  jelas tertulis di depan pintu, aku memasang senyum termanis dan membuka pintu berharap Haejun oppa akan terkejut dengan kedatanganku. 

“hyung, kenapa kau seperti ini,,!”bentak dongjoo. suaranya menghentikan langkahku, aku diam terpaku di depan pintu yang sedikit terbuka. 

Dia terus mengguncang-guncangkan badan Haejun yang diam berdiri. Tidak ada perlawanan yang haejun lakukan, dia bagai boneka mainan tak bernyawa.
“hyung, bicaralah,,,!” teriak dongjoo lagi. 

“dongjoo ya,,,benarkah tidak bisa dilakukan operasi ?, benarkah aku tidak bisa mendengar lagi ?” isak haejun mulai menangis, tubuhnya lemas dan memegang lengan dongjoo agar tidak jatuh. Dongjoo hanya mengangguk tak berdaya, sepertinya tidak ada yang bisa dia lakukan.

“dongjoo ya, jangan memberitahukan siapapun masalah ini, termasuk kepada jiyeon. Apakah kau mau berjanji” pinta haejun. 

“hyung,,,” ucap dongjoo tidak rela, Karena dia merasa jiyeon berhak tahu masalah ini. ‘Bahkan disaat seperti ini hanya jiyeon yang selalu setia berada disampingmu, alasannya bahwa dia masih menyukaimu hyung’ kata dongjoo dalam hati.

Aku yang mendengar semua itu bagai disambar petir. Aku tidak percaya dengan pendengaranku, aku berjalan keluar pelan dan menutup pintu. Tubuhku bahkan perlu bersandar di tembok, tenagaku untuk melangkah benar-benar tidak ada.  Aku melewati tangga darurat, disana aku duduk memeluk lututku menangis sejadi-jadinya, membayangkan peristiwa yang dilalui bersama sebelum kecelakaan terjadi.
Sebuah kecelakaan memulai semua ini. Aku tidak tahu persis kejadiannya seperti apa, hanya tersiar kabar kalau haejun jatuh dari tebing laut di busan ketika pergi berlibur. Dan sehari kemudian tubuhnya baru ditemukan terdampar tak berdaya. Memang, sehari sebelum kejadian, haejun pernah bercerita akan pergi ke busan bersama pacarnya Park Hayoung yang dulu teman SMA ku. Yang paling aneh sejak kejadian itu, aku tidak pernah melihat hayoung muncul didekat haejun walau hanya untuk melihat kondisinya.
Setelah menenangkan diri, aku mengirim pesan ke dongjoo, ‘mari kita bertemu di tempat biasa, aku tunggu’. 

Atap rumah sakit, seoul

Aku menatap langit, jutaan bintang seakan mengatakan ‘bersemangatlah kang jiyeon’. Hari terasa sangat berat, kenyataan haejun kehilangan pendengarannya sungguh masih belum ku percaya, tapi memang begitulah kenyataannya sekarang, dia adalah seorang tuna rungu. ‘lalu, kenapa dia selalu memasang earphone ditelinganya dan berpura-pura mendengarkan musik’, ‘pantas saja jika aku telepon dia selalu tidak menjawab dan mengirim sebuah pesan singkat, dasar bodoh !’ batinku. 

Handphone ku berbunyi, tertulis ‘jiyeon a,,,maaf aku tidak bisa datang, ada sesuatu yang harus saya kerjakan, kita bertemu lain kali saja’. Aku berpikir ‘mungkin dia masih bersama haejun oppa sekarang’. Aku menghela napas, memang seharusnya aku tidak akan membicarakan masalah ini dengan dongjoo, aku sebaiknya berpura-pura tidak tahu apa-apa tentang peristiwa hari ini, aku akan diam seperti tidak pernah terjadi sesuatu, ini demi kebaikan kita semua.

bersambung,,,,


[1] Panggilan kakak laki-laki untuk adik perempuan

7 komentar:

  1. eh akhirnya satu cowok keluar lagi.... kira-kira yang satunya lagi udah keluar belum? yang item itu...?? yang ketemu ama Jiyeon waktu tugas wawancara tu yang sainganmu dulu tu kan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah, siapa itu...

      tapi sy bingung, jiyeon ini sukanya sama siapa, belum ketebak lagi si jiyeon pasangannya siapa...seharusnya judulnya jd four hearts..hihihi

      Hapus
    2. hihihihi,,,tinggal 3 part lagi, selesai deh,,,,,,,mohon di tunggu kelanjutannya ya mbk ran,,,,he

      Hapus
    3. kan udah keluar semua tokohnya,,,,

      maksud kata "mu" di sainganmu itu siapa ni?

      Hapus
    4. haaaah!! masih bisa mengembang imajinasinya sampai 3 part lagi??

      dae~bak!!

      Hapus
    5. mu_ di sainga-mu siapa lagi kalo bukan Yiq yang disini berperan jadi Jiyeon... :).... oh... yang item nggak terlalu pinter tu dah keluar yah?? oh dia si jinhae tu?? kok bisa mereka janjian di namsan itu yah?? sy lupa part 2 ceritanya gimana, yg nelp nembak si Jiyeon tu si dongjoo itu kan? terus kapan si Jiyeon buat janji ama Jinhae..hehe tuing tuing...
      maklum pelupa

      Hapus
    6. kok yiq sih,,,hehehe
      sedih dengar komennya onni yg pelupa,,,hiks

      Hapus

sedikit coretan darimu sangat berarti untukku menjadi lebih baik lagi. apapun itu tumpahkanlah isi pikiranmu tentang tulisan ini, terimakasih

 

mongyimongyi !! Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea