Juni , 2010
Namsan
Tower, seoul korea
Sepanjang
jalan aku tersenyum-senyum sendiri, aku
begitu bahagia hari ini. Jinhae menelponku dan mengajak bertemu lagi. Setelah
pertemuan di taman rusa, tidak ada perkembangan dalam hubungan kami. Mungkin
karena aku yang terlalu terlihat agresif atau dia hanya menganggapku sebagai
teman biasa. “Tapi tak apalah, berteman
saja sudah cukup buatku”.
Terlihat
dari kejauhan, puncak menara Namsan semakin jelas, aku mempercepat langkah,
jangan sampai Jinhae lebih dahulu datang. Aku berpikir akan sangat membosankan
kalau seorang laki-laki menunggu teman wanita terlalu lama.
Dengan napas
engos-engosan, akhirnya sampai juga di depan gerbang kawasan Namsan tower. Aku
berhenti sejenak, mengatur napas sampai kembali normal, tiba-tiba teleponku
berbunyi. “ya,,,jinhae ssi”jawabku cepat.
“kau dimana?” Tanya jinhae santai, dia berjalan pelan semakin dekat.
“di Namsan tower, apakah kau juga sudah disini?” ucapku sambil berdoa mudah-mudahan dia belum datang.
“apakah kau sudah lama menunggu, wahhh,,,jiyeon ssi kau terlihat cantik hari ini” ujar jinhae lagi yang sudah berdiri dibelakangku. Aku memutar tubuh dan tepat jinhae berdiri tersenyum melihat tingkahku.
“kau dimana?” Tanya jinhae santai, dia berjalan pelan semakin dekat.
“di Namsan tower, apakah kau juga sudah disini?” ucapku sambil berdoa mudah-mudahan dia belum datang.
“apakah kau sudah lama menunggu, wahhh,,,jiyeon ssi kau terlihat cantik hari ini” ujar jinhae lagi yang sudah berdiri dibelakangku. Aku memutar tubuh dan tepat jinhae berdiri tersenyum melihat tingkahku.
“kau puas,
sudah mempermainkan ku?” aku cemberut kesal. Dan jinhae sekali lagi tertawa, aku pikir dia
semakin manis. Kami
berjalan mengitari taman Namsan tower, di jalan setapak yang dikelilingi bunga
sakura yang berguguran, tidak ada pembicaraan sama sekali sejak kedatangan
tadi. Jinhae sesekali hanya tersenyum melihatku, dan aku juga tidak tahu harus
berbicara apa. Kami terus berjalan, aku bisa melihat ada gurat kesedihan diwajahnya. Aku tidak mungkin menanyakan sesuatu tentang
hidupnya, karena pada kenyataannya kita tidak begitu dekat untuk saling
bertukar pikiran. Aku menunggu dirinya bercerita, tapi memang dasar pendiam, pasti tidak
akan memulai pembicaraan. Aku mulai bosan, tidak ada kerjaan
malah sibuk mengucek-ucek baju hingga lusuh, menggaruk-garuk kepala tak karuan.
“jinhae
ssi,,,ini tidak terlihat seperti kencan” ucapku bercanda sambil berjalan mundur
didepannya untuk memecah kebuntuan yang terasa sangat panjang. Kembali lagi dia hanya menjawabku
dengan senyuman.
“oh,,,jadi sekarang kita tidak sedang berkencan,,” aku tiba-tiba menghentikan langkah, pura-pura tidak tahu.
“oh,,,jadi sekarang kita tidak sedang berkencan,,” aku tiba-tiba menghentikan langkah, pura-pura tidak tahu.
“jiyeon
ssi,,,terimaksih kau mau menemaniku hari ini”kata jinhae tersenyum sambil
mengacak-acak rambutku dan melangkah menjauh. Aku hanya bisa menertawakan diri
sendiri,”apa,,,! Terimaksih !”. Aku
tidak mau menyerah begitu saja, aku mengikuti cepat langkah jinhae, setelah
langkah kami sejajar, aku menyenggol lengannya dan berkata “heiii,,apakah hanya
terimakasih,,,,sssssttttt,,,jinhae ya,,,ternyata kau sungguh pelit” ejekku
dengan tawa kemenangan melihat ekspresi kagetnya mendengar bahasa tidak
formalku.
“apa,,,heii,,,jiyeon ssi,,,aku lebih tua darimu, seharusnya kau
memanggilku oppa[1]”
ucap jinhae dengan nada bercanda lalu beranjak lagi. “oppa,,,apa kau tidak akan
mentraktirku,,,aku lapar” teriakku manja sembari mengelus perutku
memperlihatkan ekspresi memelas. Jinhae tersenyum memandangi tingkahku dan aku
pun membalas senyuman itu.
***
Mei, 2012
Universitas IT, Daegu
Terdampar dikampus asing demi tugas kuliah dari dosen killer. Aku harus
mewawancara seseorang yang mengerti teknologi. Sepanjang jalan kampus ini, aku
melihat mahasiswa begitu sibuk dengan gadget-gadget canggih ditangan mereka.
“kenapa aku harus mengambil kelas ini,,” keluhku untuk kesekian kalinya. Panas
yang terik, keringat memenuhi tubuhku, aku sungguh tidak mengenal kampus ini
apalagi mahasiswanya. “apa yang harus aku lakukan..?” gerutuku melangkah tak
tentu arah.
“jiyeon a,,,,benarkan kau kang jiyeon !” tiba-tiba suara sapaan
menghentikan langkahku. Aku melihat didepanku seseorang yang sangat aku kenal. Dia
terlihat begitu rapi, aku tersenyum bahagia, ditempat seperti ini masih ada
orang yang mengenalku.
“kau kuliah disini ?” tanyaku memulai pembicaraan, kami duduk dikantin
kampus, sungguh nyaman akhirnya bisa melepas lelah.
“ya,,,,”jawabnya singkat sambil memberiku minum jus jeruk segar.
“sssstttt,,,,apa yang kau lakukan disini anak seoul ? apakah kau tersesat?”
ejeknya. aku selalu tertawa dengan candaannya. aku tersenyum menang, pasti
tugasku sempurna kali ini karena aku bertemu dengan orang yang tepat.
Dialah Lee jaewon. Temanku sekaligus sainganku. Dulu kita mendaftar masuk
di universitas yang sama, Tapi ternyata nasib berkehendak lain, dia tidak lulus
seleksi dan memilih universitas lain. Saya tidak menyangka dia akan terdampar
di daegu, karena dua tahun kami tidak bertemu dan kehilangan kontak. Suatu
keberuntungan yang menyenangkan.
***
November ,2017
Rumah sakit, seoul
“Sungguh rumah sakit ini sangat besar” batinku setelah memasuki pintu
utama. padahal ini bukan pertama kali aku menginjakkan kaki disini, tapi tetap
saja aku kagum. Aku melangkah santai menuju lip, kamar tujuanku VIP nomer 203. Didalam
lip, aku mencoba menelpon dongjoo tapi malah operator yang menyuruhku
meninggalkan pesan suara. Aku mencoba lagi tapi tetap saja tidak ada jawaban. ‘mungkin
dia lagi melakukan operasi’ mencoba berpikir positif.
Kamar 203 jelas tertulis di depan
pintu, aku memasang senyum termanis dan membuka pintu berharap Haejun oppa akan
terkejut dengan kedatanganku.
“hyung, kenapa kau seperti ini,,!”bentak dongjoo. suaranya menghentikan
langkahku, aku diam terpaku di depan pintu yang sedikit terbuka.
Dia terus mengguncang-guncangkan badan Haejun yang diam berdiri. Tidak ada
perlawanan yang haejun lakukan, dia bagai boneka mainan tak bernyawa.
“hyung, bicaralah,,,!” teriak dongjoo lagi.
“dongjoo ya,,,benarkah tidak bisa dilakukan operasi ?, benarkah aku tidak
bisa mendengar lagi ?” isak haejun mulai menangis, tubuhnya lemas dan memegang
lengan dongjoo agar tidak jatuh. Dongjoo hanya mengangguk tak berdaya,
sepertinya tidak ada yang bisa dia lakukan.
“dongjoo ya, jangan memberitahukan siapapun masalah ini, termasuk kepada
jiyeon. Apakah kau mau berjanji” pinta haejun.
“hyung,,,” ucap dongjoo tidak rela, Karena dia merasa jiyeon berhak tahu
masalah ini. ‘Bahkan disaat seperti ini hanya jiyeon yang selalu setia
berada disampingmu, alasannya bahwa dia masih menyukaimu hyung’ kata
dongjoo dalam hati.
Aku yang mendengar semua itu bagai disambar petir. Aku tidak percaya dengan
pendengaranku, aku berjalan keluar pelan dan menutup pintu. Tubuhku bahkan
perlu bersandar di tembok, tenagaku untuk melangkah benar-benar tidak ada. Aku melewati tangga darurat, disana aku duduk
memeluk lututku menangis sejadi-jadinya, membayangkan peristiwa yang dilalui
bersama sebelum kecelakaan terjadi.
Sebuah kecelakaan memulai semua ini. Aku tidak tahu persis kejadiannya
seperti apa, hanya tersiar kabar kalau haejun jatuh dari tebing laut di busan
ketika pergi berlibur. Dan sehari kemudian tubuhnya baru ditemukan terdampar
tak berdaya. Memang, sehari sebelum kejadian, haejun pernah bercerita akan
pergi ke busan bersama pacarnya Park Hayoung yang dulu teman SMA ku. Yang
paling aneh sejak kejadian itu, aku tidak pernah melihat hayoung muncul didekat
haejun walau hanya untuk melihat kondisinya.
Setelah menenangkan diri, aku mengirim pesan ke dongjoo, ‘mari kita
bertemu di tempat biasa, aku tunggu’.
Atap rumah sakit, seoul
Aku menatap langit, jutaan bintang seakan mengatakan ‘bersemangatlah
kang jiyeon’. Hari terasa sangat berat, kenyataan haejun kehilangan
pendengarannya sungguh masih belum ku percaya, tapi memang begitulah
kenyataannya sekarang, dia adalah seorang tuna rungu. ‘lalu, kenapa dia
selalu memasang earphone ditelinganya dan berpura-pura mendengarkan musik’, ‘pantas
saja jika aku telepon dia selalu tidak menjawab dan mengirim sebuah pesan
singkat, dasar bodoh !’ batinku.
Handphone ku berbunyi, tertulis ‘jiyeon a,,,maaf aku tidak bisa datang,
ada sesuatu yang harus saya kerjakan, kita bertemu lain kali saja’. Aku
berpikir ‘mungkin dia masih bersama haejun oppa sekarang’. Aku menghela
napas, memang seharusnya aku tidak akan membicarakan masalah ini dengan
dongjoo, aku sebaiknya berpura-pura tidak tahu apa-apa tentang peristiwa hari
ini, aku akan diam seperti tidak pernah terjadi sesuatu, ini demi kebaikan kita
semua.
bersambung,,,,
eh akhirnya satu cowok keluar lagi.... kira-kira yang satunya lagi udah keluar belum? yang item itu...?? yang ketemu ama Jiyeon waktu tugas wawancara tu yang sainganmu dulu tu kan?
BalasHapusnah, siapa itu...
Hapustapi sy bingung, jiyeon ini sukanya sama siapa, belum ketebak lagi si jiyeon pasangannya siapa...seharusnya judulnya jd four hearts..hihihi
hihihihi,,,tinggal 3 part lagi, selesai deh,,,,,,,mohon di tunggu kelanjutannya ya mbk ran,,,,he
Hapuskan udah keluar semua tokohnya,,,,
Hapusmaksud kata "mu" di sainganmu itu siapa ni?
haaaah!! masih bisa mengembang imajinasinya sampai 3 part lagi??
Hapusdae~bak!!
mu_ di sainga-mu siapa lagi kalo bukan Yiq yang disini berperan jadi Jiyeon... :).... oh... yang item nggak terlalu pinter tu dah keluar yah?? oh dia si jinhae tu?? kok bisa mereka janjian di namsan itu yah?? sy lupa part 2 ceritanya gimana, yg nelp nembak si Jiyeon tu si dongjoo itu kan? terus kapan si Jiyeon buat janji ama Jinhae..hehe tuing tuing...
Hapusmaklum pelupa
kok yiq sih,,,hehehe
Hapussedih dengar komennya onni yg pelupa,,,hiks