Sabtu, 22 Desember 2012

one heart (part 5)

Diposting oleh mongyimongyi di 08.44


November 2017
Rumah sakit, kamar haejun oppa
Aku memandang lekat wajah haejun oppa, mungkin sudah berjam-jam aku melakukannya hari ini. Dia begitu pulas tertidur kadang dengkurannya membuatku tersenyum dan bisa menghiburku yang penuh dengan kecemasan. Sesekali raut mukanya terlihat mengkerut seperti sedang bermimpi sesuatu yang buruk tapi dalam sekejap ekspresi tidurnya berubah seperti bayi yang terlelap di pangkuan ibunya. 

“oppa, sekarang kau begitu dekat dari penglihatanku. Lihat,,,dahimu sungguh lapang, bahkan tuhan memberikan hidung mancung yang sangat indah,” gerutuku sambil menunjuk bagian wajah haejun oppa satu-satu. 

 “bibirmu juga kenapa begitu merah, tipis lagi,, punyaku saja tidak seseksi itu padahal aku kan wanita!” lanjutku seraya memegang bibirku kesal .

“kenapa dagumu juga lancip?, wah,,,,Tuhan memang benar-benar hebat bisa menciptakan bentuk yang begitu sempurna seperti dirimu oppa!” aku mengangguk-angguk kagum, karena  saat ini aku bisa mengamati haejun oppa begitu dekat dengan leluasa hanya beberapa centi dari kedua mataku.

“tapi, aku paling suka dengan matamu, ketika kau bahagia matamu pasti akan bersinar, saat sedih matamu sayu bagai putri malu menguncup, dan kalau kau marah sangat menakutkan,,matamu akan melebar melototiku. Dan sekarang aku tidak bisa membaca semua itu, aku tidak tahu apakah saat ini kau sedang sedih, kesal, kesepian, dan menderita dengan semua ini. kenapa sekarang kau pintar sekali berbohong padaku?” air mataku mulai tumpah, aku mulai mengelus lembut mata haejun oppa yang masih tertutup.

“dulu mata ini dipenuhi oleh sosok Hayoung, bahkan aku tidak punya ruang sedikitpun di situ. Aku hanya sebuah bayangan yang muncul sebentar dan hilang secepat kilat, tapi walaupun begitu aku masih tetap suka mata itu” Suara isakanku semakin membesar, sekeras mungkin tanganku membungkam mulutku tapi malah tangisanku semakin menjadi-jadi. Takut membangunkannya, Kemudian aku berlari ke kamar mandi dan duduk lemas bersandar di balik pintu. 

Tiba-tiba suara telepon di saku celanaku berbunyi, aku mengatur napas supaya suaraku kembali normal “ya,oppa,,” jawabku seadanya.
“lagi dimana?” Tanya dongjoo.
“ada apa?” tanyaku balik.
“aku menemukan hayoung” ucap dongjoo datar.
“dimana dia sekarang, oppa?”suaraku mulai meninggi.
“jiyeon a,,,apakah kau akan tetap menemuinya? Apa rencanamu sebenarnya? Tolong beritahu aku,,,!. Apakah kau tidak mempercayaiku?” ujar dongjoo cemas.
“oppa,,jangan khawatir, percayalah kepadaku, aku bisa mengatasi situasi ini. nanti, ketika aku membutuhkan bantuanmu aku akan menghubungimu, oke,,,” ucapku langsung menutup telepon dan terus menatap layar HP. Bunyi pesan masuk “Hayoung bersembunyi di pulau Jeju, berhati-hatilah,,jika terjadi sesuatu cepat hubungi aku, kim dongjoo” aku tersenyum puas. Lega rasanya, seperti sebuah batu besar sudah terangkat dari tubuhku. 
Peristiwa yang membuat haejun oppa seperti ini, kau harus bertanggung jawab, Park Hayoung” di cermin senyumku kembali mengembang kemudia aku mencuci muka untuk menghilangkan sembab di wajahku, aku tidak mau terlihat sedih di depan haejun oppa, karena aku sudah berjanji akan selalu membuatnya tersenyum. 

“astaga, ya tuhan,,,” aku terkejut mengelus dada, Jaewon berdiri tepat di depan pintu kamar mandi. “lee jaewon,,kapan kau datang?” aku bertanya cemberut. 

“sssstttttthhh,,,,reaksimu berlebihan,,,apakah aku terlihat seperti hantu? Gadis bodoh!” sambil menjitak kepalaku. “sulitkah? Sampai kau harus menangis menanggung semua ini” jaewon menatapku prihatin. 

Aku memegang wajahku sendiri dan berkata “jaewon a,,bisakah kau menjaga haejun oppa untuk sementara?, aku akan ke pulau jeju, ada sesuatu yang harus aku selesaikan segera,,,”.

“hei jiyeon a,,,apa kau mau melarikan diri?, itu tidak akan menyelesaikan masalah” ucap jaewon bernada menasehati. 

“tidak, aku tidak akan melarikan diri, bahkan aku sudah berniat akan menempel terus dekat haejun oppa. Aku hanya punya urusan di sana. Ah,,,haejun oppa sudah bangun?” aku mengalihkan pembicaraan.

“ya,,,ketika aku nyampai, dia sedang asyik membaca sambil mendengarkan musik” ucap jaewon.

“o,,,begitu ya”, aku segera mendekati haejun oppa dan tersenyum, jaewon mengikuti menuju ranjang haejun oppa. 

“apa kau baik-baik saja?” Tanya haejun oppa. Aku hanya mengangguk manja. Haejun oppa mengelus lembut rambutku. 

“oppa,,aku akan ke pulau jeju untuk beberapa hari, tidak masalahkan kalau oppa di temani dongjoo oppa dan jaewon? Tanyaku dan memandang jaewon meminta persetujuannya.

“hyung,,kami akan menjagamu, jadi kau tenang saja,,,”canda jaewon. Haejun oppa hanya bisa tertawa sambil menyimak gerak bibir jaewon. 

“harus cepat kembali,,,!” perintah haejun oppa sambil mengacungkan telunjuknya ke mukaku. 

Aku mengangguk bersemangat dengan senyum mengembang, dalam benakku “aku akan menemukan hayoung dan mencari tahu kebenaran dari semua ini oppa,,!”.

April 2011
Hannyoung high school
Kelas sains khusus, tanggal 23, pukul 16.00
Aku datang terlambat lagi untuk kesekian kalinya, entah mengapa kelas ini tidak menarik untuk diikuti, tidak ada yang istimewa bahkan sangat membosankan. Ditambah guru yang sangat killer di sekolah menjadi tutornya, bagai di penjara tak berani berkutik sedikitpun. Tapi kebutuhan untuk lulus ujian sekolah mengaharuskan aku untuk bersabar dengan semua ini.

Dengan keberanian tinggi aku mengetok pintu kelas kemudian membukanya, tapi seperti biasa tidak ada yang menghiraukan kedatanganku, mereka sibuk dengan satu soal yang mungkin jawabannya membutuhkan berlembar-lembar kertas. Aku melangkahkan kaki pelan tak bersuara, membidik tempat duduk paling belakang. Sunyi senyap dengan keseriusan masing-masing siswa yang asyik memutar otak menemukan berbagai jalan menuju satu jawaban pasti, apalagi hanya sepuluh siswa termasuk aku di kelas itu. Kami mendapatkan bimbingan khusus Karena dianggap memiliki kemampuan lebih daripada siswa lain. Dulu aku sempat berpikir “kenapa sistemnya seperti ini?, tidakkah ini termasuk deskriminasi?”.

Setelah memantapkan posisi duduk senyaman mungkin, aku baru menyadari dan sangat terkejut dengan apa yang aku lihat. Tepat di tempat duduk tutor di depan kelas, seseorang yang aku kenal sedari tadi memperhatikan tingkahku. Dialah Haejun, Jang Haejun, kakak kelasku yang bertindak sebagai assisten tutor untuk hari ini. seseorang yang selalu aku perhatikan gerak geriknya, orang yang aku sukai secara diam-diam. Kepintaraannya memang sudah diakui para guru sehingga tidak heran aku melihatnya hari ini menggantikan tutor sains kami. Dan ini adalah salah satu alasan kenapa dia begitu sempurna dimataku.

Bukannya aku takut dengan tatapannya, malah aku melempar senyum termanisku bermaksud menggodanya. Dengan wajah yang di buat sangar, aku tidak gentar sama sekali untuk menarik perhatiannya. Untuk hari ini di kelas ini aku akan berusaha meraih simpatinya, semua soal yang diberikan aku jawab secepat dan setepat mungkin. Bahkan biasanya aku yang malas mengerjakan ke papan tulis, justru hari ini aku harus berebutan kapur tulis. Aku tahu pasti terlihat konyol namun aku benar-benar tidak peduli. Kehormatan dan harga diriku seperti menghilang di telan bumi. Setelah dua jam berlalu tanpa terasa, kelaspun berakhir. Aku menarik napas lesu “kenapa waktu begitu cepat berlalu?, seandainya dia tutor kami, pasti akan sangat mengasyikkan” ujarku cemberut dalam hati.

“kang jiyeon,,,!” suara Haejun lantang membahana ke setiap sudut kelas.
“ya,,,” jawabku siap siaga langsung berdiri tegap.
“silakan yang lain boleh keluar” ucapnya manis mengganti mimik muka yang tadi sinis dan berubah bengis lagi ketika memandang kearahku.
“apakah kau selalu datang terlambat?” Tanya nya lantang.
“apa?” aku pura-pura tidak mengerti.
“karena kau terlambat masuk, aku kasih tugas lebih dan kau harus kumpulkan itu besok pagi ke kelasku tepat pukul 09.00” ucap haejun sambil memberikan selembar kertas dan berjalan keluar kelas. 

Aku mengikutinya dari belakang, dan menemukan dia dan hayoung sedang bergandengan tangan pergi menjauh. Aku kesal sendiri, meringis dan ingin sekali berteriak menghentikan langkah mereka. Saat keinginanku terpendam, tiba-tiba Hayoung menghadap belakang kearahku, tersenyum menyindir dan menjulurkan lidah kemenangan. Seakan-akan dia bisa membaca pikiranku kalau aku memang jatuh hati pada pacarnya.
***
Bel istirahat berbunyi, aku bergegas keluar kelas berlari membawa selembar tugas tambahan kelas sains kemarin. Aku berpacu dengan waktu, karena telat semenit saja tugas ini tidak akan diterima. Tanpa terduga aku jatuh tersandung sesuatu, dan kompak siswa yang melihat tertawa lepas dengan musibah yang menimpaku. Aku berusaha berdiri sambil membersihkan seragamku yang kotor. 

“Kang Jiyeon!”, suara yang sangat familiar memanggil namaku bernada marah.
“benar kau Kang Jiyeon?” tanyanya mendekat dengan tatapan tajam. Aku membalas tatapan itu tak kalah sangar, Hayoung sekarang berdiri di hadapanku.
“kau tidak salah, aku Kang Jiyeon!” jawabku. Tubuhnya yang terlampau tinggi bak model mengharuskan aku mendongak. 

Hayoung tertawa keras sampai tidak ada seorangpun berani bergerak, “Kang Jiyeon ssi, ternyata nyalimu sungguh besar” hayoung semakin mendekatkan wajahnya di depan mukaku. “jauhi Haejun oppa, sadarlah ! siapa dirimu berani menyukainya. Haejun oppa adalah milikku. Jika ingin hidupmu tenang seperti sebelumnya menyingkirlah dari hadapannya, mengerti !” ancam Hayoung dengan nada geram. 

“Hayoung ssi, kau salah orang mengatakan hal seperti itu. Saya sama sekali tidak tertarik dengan pacarmu. Apa hebatnya dia,,!. Bagiku dia hanya assisten tutor dan kau seperti hewan peliharaannya yang selalu mengikutinya” ucapku sama sekali tak gentar.
“pembohong,,!” ujar Hayoung. 

Ketika aku akan membalas pernyataan Hayoung, suara Haejun menghentikanku “hentikan !, sungguh kalian tidak tahu malu berdebat di depan umum”. Kemudian haejun langsung pergi meninggalkan kami, dan hayoung seperti biasa merengek mengikutinya.

“apakah Haejun mendengarkan ucapanku tadi? Apa yang harusku lakukan sekarang,,,?” batinku menyesal dengan kebohongan yang aku katakan.

November 2017
Pulau Jeju
Lima belas menit perjalanan, sampai juga di pulau yang merupakan salah satu keajaiban dunia ini. Dari bandara aku langsung menuju hotel tempat hayoung berada, tidak sempat untuk menikmati pemandanga Jeju. Keinginanku yang besar untuk bertatap muka langsung dengan hayoung terlampau besar, padahal ini baru pertama kali aku menginjakkan kaki di pulau terbesar di korea ini dan termasuk provinsi terkecil dari semua provinsi yang ada.

Sampai di hotel, aku langsung menuju resepsionis hotel berkelas ini, “halo, selamat sore mbk, ada yang bisa kami bantu?” sapa resepsionis cantik yang bernama Seo Eun Hee.
“apakah kamar bernomor 2703 atas nama Park Hayoung?” tanyaku tersenyum ramah.
“ya, benar,,,tapi nona Park Hayoung tidak ada di kamarnya sekarang, tadi dia pergi bersama seorang laki-laki” ungkap resepsionis itu.
“kalau begitu saya akan menunggu di sini” aku menuju kursi tunggu di lobi hotel. Satu jam tidak terlihat batang hidung Hayoung, dua jam, tiga jam berlalu. Aku mencoba bersabar, demi Haejun oppa. 

Jam sebelas malam lewat, sambil uring-uringan aku sekelebat melihat sosok Hayoung. Dia berjalan gontai dengan sesorang lelaki yang merangkulnya. Aku tidak langsung melabraknya di lobi, aku mengikutinya terus sampai di depan kamarnya. Benar mereka masuk kamar nomor 2703. selang beberapa menit saat mereka masuk, aku mengetuk pintu. Tanpa menunggu lama seperti tadi pintu kamar terbuka dan bau alkohol langsung menyebar ke hidungku. Laki-laki itu mengigau tak karuan, dengan sedikit dorongan, laki-laki itu terjatuh, aku melangkah masuk dan menemukan Hayoung sedang tertidur manis di ranjangnya. 

“Hayoung ssi,,lama tidak berjumpa,,!” aku membuka pembicaraan.

Pelan namun pasti, Hayoung membuka matanya dan duduk santai di tempat tidur itu. Dia tersenyum menyindir melihat keberadaanku di kamarnya, “kang jiyeon,,! wahh,,kau tidak berubah, masih sama seperti dulu, kasar dan tidak tahu sopan santun”.

“benarkah?, apa yang kau lakukan di Jeju? Apakah kau melarikan diri atau bersembunyi?” aku mulai melakukan investigasi.

“apa maksudmu? Melarikan diri? Bersembunyi?. Kang jiyeon apa tujuanmu datang mencariku. Bukankah urusan kita dahulu sudah selesai?” ucap Hayoung gusar.

“ketika Haejun oppa ditemukan tak berdaya di pantai busan, kau berada dimana, Hayoung ssi?” aku mulai menggertak.

Wajah Hayoung langsung memerah, kemarahannya Nampak jelas tergurat, sontak dia berdiri dari perpaduannya, tapi kembali lagi dia tersenyum manis menanggapi seranganku, “apa kau menuduh aku yang melakukannya? Kau kira siapa dirimu?” suara hayoung mulai meninggi terpancing emosi. 

“perbuatanmu telah membuat Haejun oppa menderita untuk seumur hidupnya. Kau kira aku tidak mengetahui hal itu?” ujarku masih berusaha tetap tenang. Ingin sekali aku menjambak rambutnya bila perlu mencakar-cakar mukanya. 

“perbuatanku? ha,,ha,,,ha,,ha” suara tawa Hayoung semakin besar. 

“kau yakin itu perbuatanku, Jiyeon ssi?. Kalau aku mengatakan semua ini karena salahmu, apakah kau akan percaya?” hayoung semakin tak terkendali.

Sekarang Aku tidak bisa menebak arah pembicaraan Hayoung, emosiku mulai tak terkendali. Tubuhku memanas, aku ingin sekali melenyapkan wanita ini dari hadapanku, “apa?  salahku?” suaraku tersendat-sendat gugup.

“Haejun oppa tidak pernah mencintaiku, dia hanya menyukaimu, memikirkanmu. Tapi selama ini aku tetap bersabar menunggu hatinya, bahkan aku lebih memilih dia daripada pria yang mencintaiku. Benar,,apa katamu dulu, aku seperti hewan peliharaannya selalu mengikutinya kemana dia pergi.  Dia terus menyuruhku menunggunya sampai dia benar-benar menyadari keberadaanku. Aku juga manusia Jiyeon ssi,,,aku juga punya batas kesabaran. Perempuan mana di dunia ini yang hanya ingin jadikan pelarian?” Hayoung mulai terisak, dia duduk terlemas di lantai. 

“tapi kenapa Haejun oppa tidak pernah mengatakan apa-apa kepadaku?” aku juga mulai lemas, terkejut mendengar pengakuan hayoung. 

“Lee Jaewon, karena dia juga menyukaimu. Kau tahu kan mereka berdua bersahabat, Haejun oppa lebih memilih mengorbankan perasaannya daripada persahabatannya. Betapa menderitanya oppa selama ini” Hayoung terdiam sesaat, masih dengan terisak dia berkata kembali “ketika di Busan, aku yang mengajak oppa ke atas bukit dekat laut itu, dan aku juga yang mengirimkanmu pesan singkat itu, aku menggunakan Handphonenya diam-diam, bermaksud untuk membuatmu cemburu. Tetapi oppa tahu perbuatanku, ketika dia hendak akan mengambil Handphonenya dari tanganku yang ku angkat atas-atas, dia tiba-tiba terpeleset dan jatuh dari tebing. Padahal waktu itu aku hanya ingin bermain-main dengannya. Melihat dia tercebur ke laut, aku mulai panik dan tidak bisa berpikir jernih, karena sangat ketakutan aku memilih untuk meninggalkan tempat itu, membuang handphone oppa ke laut dan menghilang dari hadapannya”. 

“pembohong!” suaraku semakin bergetar sambil mengguncang-guncang tubuh hayoung namun dia diam tak melawan.

“kalau kau tidak percaya tanyakaan saja sama oppa” hayoung kembali memandang sinis.
Aku melepas tanganku dari tubuh Hayoung, aku semakin terisak antara percaya dan tidak dengan apa yang dikatakannya. Aku meninggalkan kamar hotel itu dengan langkah terhuyung tak bertenaga. Air mataku terus mengalir, terus memikirkan Haejun oppa yang sekarang menderita karena perbuatanku. 

“apa yang harus aku lakukan sekarang?”. Aku mengingat kembali masa SMA ketika aku mengatakan tidak pernah menyukai Haejun kepada hayoung. “mungkinkah dia mendengarkan hal itu?, ya,,,pasti dia mendengarnya. Apakah karena itu juga dia menyimpan perasaannya?” batinku.

Bersambung,,,







5 komentar:

  1. aigoooo...makin penuh emosi n konflik pribadi..

    go go..

    BalasHapus
  2. hahahaha berasa nonton sinetron korea, kkkkk... oh semakin jelas nih sapa cowok yg sebenarnya paling disukai si jiyeon... awalnya tak kira dy suka dongwoo tu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwkkwkwkkwkwkwk,,,,
      yiq juga heran kok ceritanya seperti itu onni,,,
      tapi dimaklumi aja dah,,,

      Hapus

sedikit coretan darimu sangat berarti untukku menjadi lebih baik lagi. apapun itu tumpahkanlah isi pikiranmu tentang tulisan ini, terimakasih

 

mongyimongyi !! Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea