Kamis, 17 Januari 2013

the power of Bismillahirrohmanirrohim

Diposting oleh mongyimongyi di 09.32 2 komentar
sesuatu kegiatan yang tidak dimulai dengan bacaan "bismillahhirrohmanirrohim" mungkin tanpa sadar kita akan menemukan sesuatu yang ganjil selain tidak adanya berkah dalam kegiatan tersebut.

bacaan yang memilki arti "dengan nama Allah yang Maha pemurah lagi Maha penyayang" ini seakan menjadi sebuah mantra yang wajib kita baca ketika memulai suatu kegiatan.

kisahku kemarin adalah bukti dari kekuatan bacaan ini, berbagai peristiwa yang sepertinya sederhana tapi cukup menguras kesabaran. berawal dari pagi yang mendung, saya mulai dengan memanaskan JAE-O (motorku), ketika mulai stater kaki,,knalpot mengeluarkan bunyi bom meledak ''darrrrrrrrrrrrr,,,,,," memang ini terjadi setiap pagi,,,hehehe,,sampai malu sama tetangga karena sering kaget dengan suara JAE-O yang certar membahana walau tak disengaja. kadang aku harus berlari masuk rumah dan mengintip dari jendela sambil mendengar gerutu para tetangga yang mendengar,,,sungguh kasihan banget.

kemudian kisah kedua berlanjut, dengan santai saya mengendarai JAE-O sambil menikmati angin sepoi-sepoi, tiba-tiba saya ditabrak dari belakang oleh motor lain. untung yang nabrak cewek,,jadi ketika sik cewek ini minta maaf, ya,,,luluh dah hati kesalku. dengan senyum sok ramah aku hanya mengangguk menerima maafnya. walhasil lecet lagi sik JAE-O,,,mungkin udah nasibnya kali ya,,,

dari tadi malam pagi-pagi sekali berniat mencari buku "modul tarbiyah islamiyah", sumpah susah banget cari yang jual dan yang punya buku ini. ke toko buku satu sampai ke mataram mall tidak ada satupun yang mengenal buku ini, bahkan "titian hidayah" yang khusus menjual buku-buku islami kehabisan stock. tapi alhamdullilah,,,Allah selalu membuat di jalan dakwah ini,,ternyata tetanggaku seikhwah punya buku ini,,toeng,,toeng,,nyari jauh-jauh,,,relain habis pulsa buat sms kenalan tahu-tahu disebelah rumah ada ukhti intan yang punya. maklum saya kan tidak kenal dengan ukhti satu ini tapi beruntung teman sekamarku kenal dekat dengan dia. masalah selama sebulan terpecahkan. nah,,,paginya berniat pergi memotocopy, karena sangat urgen ni buku,,tapi sebelum ke tukang fotocopy, saya berniat untuk terakhir kalinya mencari buku ini di toko buku airlangga, hasilnya nihil. akhirnya aku pergi fotocopy saja. tempat fotocopy pertama, emang target awal kesana,,,sesampai di sana saya ditolak mentah-mentah "maaf mbak, layar sentuh mesin fotocopynya lagi rusak, jadi saya tidak mungkin memotocopy buku setebal ini, silahkan ke ampenan saja mbak!" "what !!! ampenan!!, jauh banget hanya untuk fotocopy. padahal perjalananku ke Exel print (nama tempat fotocopy itu) melewati berpuluh-puluh tempat fotocopy, ngapain gue pergi ke ampenan" gerutuku dalam hati ni...hehe. berpikir dan berpikir (ribet amat sih..) saya memutuskan untuk mengcopy di tempat lain yang sudah ku lewati tadi demi exel print, alhamdullilah masalah copy buku selesai.
kembali lagi dihadapkan dengan sedikit masalah. nyampai di LAB tempatku kerja. gara-gara agak sedikit hitung-hitungan ni,,maklum ngirit udh tanggal tua persediaan menipis. sebenarnya ada ijazah S1 bapakku yang perlu di copy juga tapi saya berpikir karena hanya 5 lembar jadi saya copy di LAB saja kebetulan ada printer yang langsung bisa copy. setelah nyampai LAB, langsung aku serbu mesin printer, dan pertama menyecan ijazah bapakku. ketika mau di copy,,,toeng,,toeng,,,mesinnya tidak respon,,,katrik printer rusak,,,buehhhhhh,,,,,,. rekan kerjaku pun angkat suara "di seberang jalan ada tempat fotocopy yiq, kesana saja!" sarannya. baiklah dengan berat hati (sungguh berat,,,) aku pun ke tempat fotocopy itu sekalian langsung ke UT (baca :Universitas Terbuka). sampailah di tempat fotocopy sebrang jalan, turun dari motor "dek,,mau fotocopy!",,sudah mengeluarkan ijazah dengan semangat dari tas "oh,,maaf mbk,,,petugasnya lagi keluar,,ke babakan (nama tempat) saja mbk!"saya menarik nafas lemas wuihhhh. terpaksa harus ke babakan yang jaraknya 1 kilo dari LAB.

tancap gas lagi sik JAE_O sambil bertanya sendiri dalam hati, "dimana tempat fotocopy di babakan"lirik kiri lirik kanan"eh,,ketemu juga. lagi-lagi parkir JAE-O dan mengeluarkan ijazah dari tas, ternyata mesin fotocopynya lagi bermasalah, mungkin sekitar sepuluh kali petugas fotocopy mengutak atik, membuka kembali mengutak atik lagi menutup dan mencoba lagi terus dilakukan sampai saya akhirnya tersenyum sendiri mengingat perjalanan pagi ini "sungguh sangat sial hari ini"tak sengaja menyebut kata SIAL langsung beristigfar menenagkan diri "karena tidak ada hari buruk, hari jelek, ataupun hari sial. Allah sudah menciptakan setiap hari itu baik"mentaujih diri sendiri. sekitar 15 menit menunggu mesin fotocopy itu berfungsi juga, tapi harus mengantrre lagi,,,baru dapat giliran "copy 10 rangkep"dan bayar hanya 1500 saja. gara-gara uang 1500 saja harus mondar mandir dan menghabiskan bensin. (pelajaran : jangan terlalu banyak mikir,,,) ha,,ha,,ha,,,ha,,

tidak sampai di situ, setelah fotocopy beres, langsung ngebut ke UT,,lagi-lagi di UT terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. ketika akan mengutarakan niat kedatangan saya untuk melegalisir ijazah dan langsung jadi dan dibawa pulang,,eh,,,malah kepala UTnya lagi keluar kota dan minggu depan balik kata pak satpamnya. "MISSION FAILED"mungkin ini judul paling tepat dengan ijazah bapakku.

balik lagi ke LAB,,dan tidak berhenti sampai di situ. kejadian ketika nyampai rumah. berniat mau menutup pintu tempat jemuran agar kita tidak terlihat oleh para lelaki tukang bangunan (maklum lagi bangun masjid di sebelah rumah) eh,,eh,,malah mataku yang kecedot tembok,,,,sakitnya minta mapu,,langsung merah mataku dan sampai postingan ini ditulis mata kanan ku masih terasa aneh,,,hemmmm

dari semua kejadian pasti ada hikmahnya. bisa saja karena gara-gara tidak mengawali hari dengan bacaan "basmalah" wollah hu áklam. hanya Allah yang tahu.

sekedar coretan kisah penuh hikmah atas semua kejadian yang menimpaku kemarin hari rabu tanggal 16 tahun 2013.

Sabtu, 29 Desember 2012

sang petualang science

Diposting oleh mongyimongyi di 11.11 10 komentar


Pagi ini cuaca sangat tidak bersahabat, Matahari yang biasanya tersenyum ramah memancarkan  sinar hangatnya, Kini sang raja siang sangat garang memuntahkan cahaya panasnya membuat tubuh kami (aku [zack], ryan, dan viona) kehabisan cairan, berbotol-botol air mineral harus kami teguk habis, tidak luput aku pasti menjadi korban pembantaian mereka untuk membeli dan memanggul berbotol-botol air dari toko di seberang jalan sekolah. Walhasil, aku pasti menjadi bahan tertawaan mereka (viona dan ryan) karena tubuhku yang kecil dan kacamataku yang besar kadang-kadang melorot bersamaan dengan ekspresi kepanasanku. pohon rindang yang menaungi kamipun tidak sanggup melawan serangan panas sang surya. 

konfrensi mendadak yang aku lakukan, sekonyong-konyong membuat viona selalu bersemangat. Dia yang paling banyak berceloteh tentang rencana yang akan kami lakukan. Kedatangan Ryan kembali ke kota ini, tempat dimana kami tumbuh besar bersama, bersuka ria bersama, melakukan petualangan demi petualangan membuat aku harus membuat kejutan untuk willow. Karena sejak kepindahan ryan dulu, willow sangat sedih kehilangan salah satu sahabat terbaiknya itu. 

“bagaimana kalau kita seret willow ke gubuk!, sudah lama kita tidak ke tempat itu, iya enggak ry?” viona meminta pendapat ryan tentang idenya itu. 

“boleh juga,,,” ryan manggut-manggut setuju. 

“kalau kamu zack, rencanamu apa?” lanjut ryan balik bertanya.

“kali ini harus spektakuler ry, vio. Aku akan memberikan kenangan terindah buat willow. Jreng,,jreng,,,jreng,,,,” sambil berdiri zack mengeluarkan kotak kecil bermotif hitam putih. Ryan dan viona pun ikutan berdiri dan melihat penasaran isi kotak itu. 

“wahhhh,,,,apa isi kotak ini, zack?” Tanya viona semakin bergairah. Matanya bersinar senang dan perlahan-lahan tangannya meraba lembut kotak itu. Dengan senyum penuh kemenangan zack membuka kotak itu. Sontak mimik muka viona berubah cemberut dan ryan tertawa terpingkal-pingkal melihat ekspresi kesal viona “pasti, kamu mengira isinya perhiasan, kalung, cincin, gelang atau anting ya,,” ryan mulai mengejek viona, kembali ryan tertawa sambari menahan memegang perutnya, Zack pun ikut terbahak-bahak dengan tingkah dua sahabatnya itu. Viona menghentak-hentakkan kakinya kemudian kembali duduk dengan melipatkan tangannya dan memalingkan mukanya ke samping.

“sudah,,sudah,,ayo kita fokus, waktu kita tidak banyak!” zack kembali duduk diikuti ryan yang masih menahan tawa. Dikeluarkannya satu-satu benda dalam kotak itu oleh zack, ada barang sejenis GPS dan sebuah alat yang sangat unik dan baru pertama kali dilihat oleh ryan dan viona. Mereka menatap kagum “ini apa zack?” Tanya ryan sambil mengangkat barang itu. 

“ini dia kejutannya!!” aku tersenyum girang sembari mengambil alat itu dari tangan ryan. “ini adalah temuan terbaruku, bisa menembus dimensi waktu” lanjutku bangga.

“dasar maniak science,,ujung-ujungnya pasti lari ke ilmiah” gerutu viona masih sebal dengan aku dan ryan. 

“terus,,,kronologinya nanti seperti apa?” kembali ryan penasaran dengan alat aneh itu. 

“tidak cukupkah surprisenya hanya ryan?, ayoklah zack, jangan buat kekacauan lagi dengan penemuan-penemuan anehmu itu. Terakhir kali kamu mendemostrasikan temuanmu selalu kekacauan yang timbul. Ingat tidak dengan bantal terbang dulu, kita (willow, ryan, viona, kak shopie) bahkan harus sakit flu besoknya gara-gara kita tidak sadar semalaman tidur di luar” viona melakukan negosiasi.

“vio, tenanglah,,,alat ini pasti berhasil, percayalah!” aku meyakinkan teman-temanku. Kemudian kami menyusun kejutan buat willow. 

“Ketika willow datang dan masuk gubuk yang gelap, tiba-tiba ryan akan mengagetkan will, kemudian aku akan mengajak will masuk lorong waktu, aku ingin mengajak will bertemu dengan keluarganya, kakek peter, nenek Carla, kakak sophie waktu muda dan yang paling penting will bisa melihat kembali kedua orangtuanya”.

“rencana yang bagus,,!” ucap vio dan ryan kegirangan hampir bersamaan. Aku hanya nyengir puas dengan rencana hebat ini.

***
Rencana zack berhasil, Willow terkejut dan senang sampai menangis melihat ryan kembali lagi ke kota ini, tapi ketika zack melancarkan aksi berikutnya, memasuki kembali masa lampau willow yang semakin membuat will terharu namun berakhir pada pertengkaran karena sifat keras kepala mereka (willow dan aku [zack]). Dan bukan viona namanya kalau tidak mengejek kami (aku dan willow) berdua. Dengan bantuan ryan dan sedikit bujukan viona akhirnya aku mau minta maaf pada will. Ketika sampai rumah will, tiba-tiba kak shopie muncul dan membuat ryan malu-malu. Lagi-lagi viona tidak membuang kesempatan untuk menyindir ryan yang sudah terlampau menyatakan perasaannya kepada kak shopie. Bahkan niat awal kedatangan kami justru terabaikan, namun dengan pristiwa itu aku dan willow kembali berbaikan. Ya, memang marahan kita (aku[zack] dan willow) sebenarnya tidak pernah serius, paling butuh waktu setengah hari kami pasti akan bermain bersama kembali.

***
Sekarang aku dan will sedang berada di pinggir danau di belakang rumahnya. Selain di gubuk, kami (aku, willow, ryan, dan viona) sering menghabiskan waktu bersama di sini menikmati sunset yang sungguh menakjubkan, berenang sampai aksi memancing ikan. Di sini juga, aku melakukan percobaan pada penemuan pertamaku, sepatu yang bisa berjalan di permukaan air “magic shoes”. Viona harus menjadi korbannya, karena badannya yang gempal tidak sesuai dengan rancangan sepatuku. Aku lupa kalau kapasitas berat yang mampu di tampung sepatu surface itu tidak boleh lebih dari 40 gram. Kami akan terus tertawa kalau mengingat hal itu. 

“zack, terima kasih ya,,,kamu sudah mengobati rasa rinduku pada dad and mom” ucap will memandangi wajahku lekat. Aku hanya membalasnya dengan senyum persahabatan. 

“dan maafkan aku sudah marah-marah  padamu. Tidak seharusnya aku begitu ” lanjut will.

“maafkan aku juga will. Karena aku harus mengeluarkanmu secara paksa dari dimensi waktu. Kalau aku tidak memaksamu keluar, mungkin kita tidak akan bisa kembali ke sini dan  terperangkap disana selamanya ”

“sejak kapan kamu membuat alat itu, zack?” Tanya will.

“ketika ulang tahunmu yang ke-15. Aku merasa kamu sangat merindukan dad and mom. Karena setiap tiup lilin kamu selalu terlihat murung” ujar zack bijaksana.

“sebenarnya, alat itu belum di uji coba, will. Dan kamu orang pertama yang menggunakannya” zack nyengir berlari tak berdosa membuat will menjadi tikus percobaannya. 

“apa !!!!!!” willow langsung berdiri dan mengejarku. Aku menjulur-julurkan lidah mengejek will. Will semakin memacu tenaganya untuk menangkapku. Kami kembali tertawa bersama, persahabatan kami membuat kami tidak terpisahkan ruang dan waktu.

***
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali aku sudah bergabung dengan kakek peter dan nenek Carla di kursi depan halaman rumah willow untuk sekedar berjemur ala turis di pinggir pantai.

“selamat pagi kakek pater, nenek carla,,” sapaku dengan suara lantang. Kakek peter hanya mengangkat tangan kemudian kembali merem menikmati cahaya matahari yang menembus masuk tubuhnya sedangkan nenek Carla menyambutku dengan ramah seperti biasanya “pagi juga zack,,,sudah sarapan?”.

“sudah nek, will sama kak shopie, dimana?” 

“mungkin mereka masih tidur” jawab nenek Carla santai.

“dasar pemalas!”, aku langsung masuk ke dalam rumah dan menuju kamar willow.  Aku melewati ruang tengah yang terpampang lukisan kakek pater dan nenek Carla. Aku mendekati lukisan itu dan memperhatikannya kembali “tidak ada yang aneh seperti yang diceritakan ryan. Katanya lukisan ini bisa berkedip tapi mana?” batinku. Aku mengamati lebih detail lagi, tapi sia-sia, “mungkin halusinasi ryan saja, mana mungkin gambar bisa berkedip” ucapku enteng sambil berlalu ke kamarnya willow.

Ketika pintu kamar will ku buka, aku di sambut suara dengkuran willow yang super besar, membahana memenuhi ruangan. Perlahan kakiku melangkah semakin mendekat ke ranjangnya will. Aku mengambil alat di tas punggungku, alat ini  bisa membuat awan di dalam ruangan, Ini temuanku setahun yang lalu. aku mulai menyalakan alat tersebut dan menekan tombol “start”, dalam hitungan tiga menit awan putih kecil muncul, semakin lama semakin membesar dan berubah hitam seperti awan di langit yang siap memuntahkan hujan. Aku terus menekan tombol “continue” sampai akhirnya rintik-rintik hujan jatuh tepat di atas tubuh will yang tertidur pulas. Seketika merasakan air menerpanya will terbangun dan berteriak marah sambil menutupi mukanya dengan bantal  “zack..! apa yang kamu lakukan di kamarku!”.

“pemalas, cepat bangun!, ini sudah siang..” aku semakin menikmati pertunjukan will yang kehujanan di tempat tidur. 

Kegaduhan kami terdengar oleh kak shopie yang kamarnya bersebelahan dengan will, “zack, hentikan!, kasihan will dia sudah basah kuyup itu” bernada bijaksana dan segera mengambil alat itu dari tanganku untuk memencet tombol “stop”.

Denga penuh kekesalan will melempar bantal basahnya ke arahku  “kamu puas!, tidak adakah cara yang lebih indah untuk membangunkanku, zack!”.

“cepat mandi sana!,ha..ha..ha..ha..ha..ada gunanya juga aku membuat alat ini, jadi tidak perlu capek mengomel” aku mengambil alat itu dari tangan kak shopie dan sekali lagi aku nyengir menampakkan wajah tak menyesal.

***
Aku, willow dan viona berkunjung ke toko klontongnya ryan. Sebuah bangunan yang sangat sederhana tapi mampu mengembalikan sosok ryan di tengah persahabatan kami. Gara-gara toko ini, ryan dan keluarga memutuskan kembali ke kota ini. 

“shopie gak ikut?” ryan melihat ke sekitar, hanya tiga sahabatnya yang berdiri di hadapannya sekarang. Ada sedikit kekecewaan tergurat di wajahnya.

Mata viona mengerling ke arah ku dan will dengan senyum liciknya. Aku sengaja tidak melihatnya dan memperbaiki kacamataku yang baik-baik saja. Will hanya berdehem tak mau menyambut aksi viona. 

“kak shopie lagi ada kerjaan ry, jadi tidak bisa ikut ke sini bersama kita” aku mencoba menjawab pertanyaa ryan. 

“oh ya, aku punya alat baru ni…mungkin ini bisa membantumu” aku membuka ranselku dan memperlihatkan alat yang aku maksud. Seperti desain ponsel yang beratnya seperti remote televisi.
“fungsinya apa ini?, jangan bilang aku harus menelpon shopie dengan alat ini..” kata ryan. Will dan viona hanya bengong melihat gaya kuperku dengan penemuan canggihku.

“baik aku akan menjelaskan cara kerja alat ini. nama alat ini adalah “record 4D”, jadi ini lebih dari sekedar alat rekaman biasa. Ketika kamu merekam dengan alat ini, maka dengan sekaligus jati dirimu akan tampil dalam format 4 dimensi. Jadi sederhananya, gambar kamu akan tampak seolah nyata berdiri dan berbicara di hadapan kak shopie nantinya, begitu..” aku tersenyum bangga dan puas. Ryan, will dan viona terkagum-kagum dengan alat baruku. 

“baiklah, bisakah kita coba sekarang?, supaya kesalahpahaman di antara kamu dan kak shopie terselesaikan” ujarku bersemangat.

Ryan langsung melompat memelukku kemudian diikuti willow dan viona, mereka semua bergumam di telingaku “kami bangga punya sahabat sepertimu, zack!”

***
Nah, inilah zack versi yiq,,
ini benar-benar hasil pemikiran dan kerja kerasku selama 4 hari ,,,hehe #lebayyyyy

Sabtu, 22 Desember 2012

one heart (part 5)

Diposting oleh mongyimongyi di 08.44 5 komentar


November 2017
Rumah sakit, kamar haejun oppa
Aku memandang lekat wajah haejun oppa, mungkin sudah berjam-jam aku melakukannya hari ini. Dia begitu pulas tertidur kadang dengkurannya membuatku tersenyum dan bisa menghiburku yang penuh dengan kecemasan. Sesekali raut mukanya terlihat mengkerut seperti sedang bermimpi sesuatu yang buruk tapi dalam sekejap ekspresi tidurnya berubah seperti bayi yang terlelap di pangkuan ibunya. 

“oppa, sekarang kau begitu dekat dari penglihatanku. Lihat,,,dahimu sungguh lapang, bahkan tuhan memberikan hidung mancung yang sangat indah,” gerutuku sambil menunjuk bagian wajah haejun oppa satu-satu. 

 “bibirmu juga kenapa begitu merah, tipis lagi,, punyaku saja tidak seseksi itu padahal aku kan wanita!” lanjutku seraya memegang bibirku kesal .

“kenapa dagumu juga lancip?, wah,,,,Tuhan memang benar-benar hebat bisa menciptakan bentuk yang begitu sempurna seperti dirimu oppa!” aku mengangguk-angguk kagum, karena  saat ini aku bisa mengamati haejun oppa begitu dekat dengan leluasa hanya beberapa centi dari kedua mataku.

“tapi, aku paling suka dengan matamu, ketika kau bahagia matamu pasti akan bersinar, saat sedih matamu sayu bagai putri malu menguncup, dan kalau kau marah sangat menakutkan,,matamu akan melebar melototiku. Dan sekarang aku tidak bisa membaca semua itu, aku tidak tahu apakah saat ini kau sedang sedih, kesal, kesepian, dan menderita dengan semua ini. kenapa sekarang kau pintar sekali berbohong padaku?” air mataku mulai tumpah, aku mulai mengelus lembut mata haejun oppa yang masih tertutup.

“dulu mata ini dipenuhi oleh sosok Hayoung, bahkan aku tidak punya ruang sedikitpun di situ. Aku hanya sebuah bayangan yang muncul sebentar dan hilang secepat kilat, tapi walaupun begitu aku masih tetap suka mata itu” Suara isakanku semakin membesar, sekeras mungkin tanganku membungkam mulutku tapi malah tangisanku semakin menjadi-jadi. Takut membangunkannya, Kemudian aku berlari ke kamar mandi dan duduk lemas bersandar di balik pintu. 

Tiba-tiba suara telepon di saku celanaku berbunyi, aku mengatur napas supaya suaraku kembali normal “ya,oppa,,” jawabku seadanya.
“lagi dimana?” Tanya dongjoo.
“ada apa?” tanyaku balik.
“aku menemukan hayoung” ucap dongjoo datar.
“dimana dia sekarang, oppa?”suaraku mulai meninggi.
“jiyeon a,,,apakah kau akan tetap menemuinya? Apa rencanamu sebenarnya? Tolong beritahu aku,,,!. Apakah kau tidak mempercayaiku?” ujar dongjoo cemas.
“oppa,,jangan khawatir, percayalah kepadaku, aku bisa mengatasi situasi ini. nanti, ketika aku membutuhkan bantuanmu aku akan menghubungimu, oke,,,” ucapku langsung menutup telepon dan terus menatap layar HP. Bunyi pesan masuk “Hayoung bersembunyi di pulau Jeju, berhati-hatilah,,jika terjadi sesuatu cepat hubungi aku, kim dongjoo” aku tersenyum puas. Lega rasanya, seperti sebuah batu besar sudah terangkat dari tubuhku. 
Peristiwa yang membuat haejun oppa seperti ini, kau harus bertanggung jawab, Park Hayoung” di cermin senyumku kembali mengembang kemudia aku mencuci muka untuk menghilangkan sembab di wajahku, aku tidak mau terlihat sedih di depan haejun oppa, karena aku sudah berjanji akan selalu membuatnya tersenyum. 

“astaga, ya tuhan,,,” aku terkejut mengelus dada, Jaewon berdiri tepat di depan pintu kamar mandi. “lee jaewon,,kapan kau datang?” aku bertanya cemberut. 

“sssstttttthhh,,,,reaksimu berlebihan,,,apakah aku terlihat seperti hantu? Gadis bodoh!” sambil menjitak kepalaku. “sulitkah? Sampai kau harus menangis menanggung semua ini” jaewon menatapku prihatin. 

Aku memegang wajahku sendiri dan berkata “jaewon a,,bisakah kau menjaga haejun oppa untuk sementara?, aku akan ke pulau jeju, ada sesuatu yang harus aku selesaikan segera,,,”.

“hei jiyeon a,,,apa kau mau melarikan diri?, itu tidak akan menyelesaikan masalah” ucap jaewon bernada menasehati. 

“tidak, aku tidak akan melarikan diri, bahkan aku sudah berniat akan menempel terus dekat haejun oppa. Aku hanya punya urusan di sana. Ah,,,haejun oppa sudah bangun?” aku mengalihkan pembicaraan.

“ya,,,ketika aku nyampai, dia sedang asyik membaca sambil mendengarkan musik” ucap jaewon.

“o,,,begitu ya”, aku segera mendekati haejun oppa dan tersenyum, jaewon mengikuti menuju ranjang haejun oppa. 

“apa kau baik-baik saja?” Tanya haejun oppa. Aku hanya mengangguk manja. Haejun oppa mengelus lembut rambutku. 

“oppa,,aku akan ke pulau jeju untuk beberapa hari, tidak masalahkan kalau oppa di temani dongjoo oppa dan jaewon? Tanyaku dan memandang jaewon meminta persetujuannya.

“hyung,,kami akan menjagamu, jadi kau tenang saja,,,”canda jaewon. Haejun oppa hanya bisa tertawa sambil menyimak gerak bibir jaewon. 

“harus cepat kembali,,,!” perintah haejun oppa sambil mengacungkan telunjuknya ke mukaku. 

Aku mengangguk bersemangat dengan senyum mengembang, dalam benakku “aku akan menemukan hayoung dan mencari tahu kebenaran dari semua ini oppa,,!”.

April 2011
Hannyoung high school
Kelas sains khusus, tanggal 23, pukul 16.00
Aku datang terlambat lagi untuk kesekian kalinya, entah mengapa kelas ini tidak menarik untuk diikuti, tidak ada yang istimewa bahkan sangat membosankan. Ditambah guru yang sangat killer di sekolah menjadi tutornya, bagai di penjara tak berani berkutik sedikitpun. Tapi kebutuhan untuk lulus ujian sekolah mengaharuskan aku untuk bersabar dengan semua ini.

Dengan keberanian tinggi aku mengetok pintu kelas kemudian membukanya, tapi seperti biasa tidak ada yang menghiraukan kedatanganku, mereka sibuk dengan satu soal yang mungkin jawabannya membutuhkan berlembar-lembar kertas. Aku melangkahkan kaki pelan tak bersuara, membidik tempat duduk paling belakang. Sunyi senyap dengan keseriusan masing-masing siswa yang asyik memutar otak menemukan berbagai jalan menuju satu jawaban pasti, apalagi hanya sepuluh siswa termasuk aku di kelas itu. Kami mendapatkan bimbingan khusus Karena dianggap memiliki kemampuan lebih daripada siswa lain. Dulu aku sempat berpikir “kenapa sistemnya seperti ini?, tidakkah ini termasuk deskriminasi?”.

Setelah memantapkan posisi duduk senyaman mungkin, aku baru menyadari dan sangat terkejut dengan apa yang aku lihat. Tepat di tempat duduk tutor di depan kelas, seseorang yang aku kenal sedari tadi memperhatikan tingkahku. Dialah Haejun, Jang Haejun, kakak kelasku yang bertindak sebagai assisten tutor untuk hari ini. seseorang yang selalu aku perhatikan gerak geriknya, orang yang aku sukai secara diam-diam. Kepintaraannya memang sudah diakui para guru sehingga tidak heran aku melihatnya hari ini menggantikan tutor sains kami. Dan ini adalah salah satu alasan kenapa dia begitu sempurna dimataku.

Bukannya aku takut dengan tatapannya, malah aku melempar senyum termanisku bermaksud menggodanya. Dengan wajah yang di buat sangar, aku tidak gentar sama sekali untuk menarik perhatiannya. Untuk hari ini di kelas ini aku akan berusaha meraih simpatinya, semua soal yang diberikan aku jawab secepat dan setepat mungkin. Bahkan biasanya aku yang malas mengerjakan ke papan tulis, justru hari ini aku harus berebutan kapur tulis. Aku tahu pasti terlihat konyol namun aku benar-benar tidak peduli. Kehormatan dan harga diriku seperti menghilang di telan bumi. Setelah dua jam berlalu tanpa terasa, kelaspun berakhir. Aku menarik napas lesu “kenapa waktu begitu cepat berlalu?, seandainya dia tutor kami, pasti akan sangat mengasyikkan” ujarku cemberut dalam hati.

“kang jiyeon,,,!” suara Haejun lantang membahana ke setiap sudut kelas.
“ya,,,” jawabku siap siaga langsung berdiri tegap.
“silakan yang lain boleh keluar” ucapnya manis mengganti mimik muka yang tadi sinis dan berubah bengis lagi ketika memandang kearahku.
“apakah kau selalu datang terlambat?” Tanya nya lantang.
“apa?” aku pura-pura tidak mengerti.
“karena kau terlambat masuk, aku kasih tugas lebih dan kau harus kumpulkan itu besok pagi ke kelasku tepat pukul 09.00” ucap haejun sambil memberikan selembar kertas dan berjalan keluar kelas. 

Aku mengikutinya dari belakang, dan menemukan dia dan hayoung sedang bergandengan tangan pergi menjauh. Aku kesal sendiri, meringis dan ingin sekali berteriak menghentikan langkah mereka. Saat keinginanku terpendam, tiba-tiba Hayoung menghadap belakang kearahku, tersenyum menyindir dan menjulurkan lidah kemenangan. Seakan-akan dia bisa membaca pikiranku kalau aku memang jatuh hati pada pacarnya.
***
Bel istirahat berbunyi, aku bergegas keluar kelas berlari membawa selembar tugas tambahan kelas sains kemarin. Aku berpacu dengan waktu, karena telat semenit saja tugas ini tidak akan diterima. Tanpa terduga aku jatuh tersandung sesuatu, dan kompak siswa yang melihat tertawa lepas dengan musibah yang menimpaku. Aku berusaha berdiri sambil membersihkan seragamku yang kotor. 

“Kang Jiyeon!”, suara yang sangat familiar memanggil namaku bernada marah.
“benar kau Kang Jiyeon?” tanyanya mendekat dengan tatapan tajam. Aku membalas tatapan itu tak kalah sangar, Hayoung sekarang berdiri di hadapanku.
“kau tidak salah, aku Kang Jiyeon!” jawabku. Tubuhnya yang terlampau tinggi bak model mengharuskan aku mendongak. 

Hayoung tertawa keras sampai tidak ada seorangpun berani bergerak, “Kang Jiyeon ssi, ternyata nyalimu sungguh besar” hayoung semakin mendekatkan wajahnya di depan mukaku. “jauhi Haejun oppa, sadarlah ! siapa dirimu berani menyukainya. Haejun oppa adalah milikku. Jika ingin hidupmu tenang seperti sebelumnya menyingkirlah dari hadapannya, mengerti !” ancam Hayoung dengan nada geram. 

“Hayoung ssi, kau salah orang mengatakan hal seperti itu. Saya sama sekali tidak tertarik dengan pacarmu. Apa hebatnya dia,,!. Bagiku dia hanya assisten tutor dan kau seperti hewan peliharaannya yang selalu mengikutinya” ucapku sama sekali tak gentar.
“pembohong,,!” ujar Hayoung. 

Ketika aku akan membalas pernyataan Hayoung, suara Haejun menghentikanku “hentikan !, sungguh kalian tidak tahu malu berdebat di depan umum”. Kemudian haejun langsung pergi meninggalkan kami, dan hayoung seperti biasa merengek mengikutinya.

“apakah Haejun mendengarkan ucapanku tadi? Apa yang harusku lakukan sekarang,,,?” batinku menyesal dengan kebohongan yang aku katakan.

November 2017
Pulau Jeju
Lima belas menit perjalanan, sampai juga di pulau yang merupakan salah satu keajaiban dunia ini. Dari bandara aku langsung menuju hotel tempat hayoung berada, tidak sempat untuk menikmati pemandanga Jeju. Keinginanku yang besar untuk bertatap muka langsung dengan hayoung terlampau besar, padahal ini baru pertama kali aku menginjakkan kaki di pulau terbesar di korea ini dan termasuk provinsi terkecil dari semua provinsi yang ada.

Sampai di hotel, aku langsung menuju resepsionis hotel berkelas ini, “halo, selamat sore mbk, ada yang bisa kami bantu?” sapa resepsionis cantik yang bernama Seo Eun Hee.
“apakah kamar bernomor 2703 atas nama Park Hayoung?” tanyaku tersenyum ramah.
“ya, benar,,,tapi nona Park Hayoung tidak ada di kamarnya sekarang, tadi dia pergi bersama seorang laki-laki” ungkap resepsionis itu.
“kalau begitu saya akan menunggu di sini” aku menuju kursi tunggu di lobi hotel. Satu jam tidak terlihat batang hidung Hayoung, dua jam, tiga jam berlalu. Aku mencoba bersabar, demi Haejun oppa. 

Jam sebelas malam lewat, sambil uring-uringan aku sekelebat melihat sosok Hayoung. Dia berjalan gontai dengan sesorang lelaki yang merangkulnya. Aku tidak langsung melabraknya di lobi, aku mengikutinya terus sampai di depan kamarnya. Benar mereka masuk kamar nomor 2703. selang beberapa menit saat mereka masuk, aku mengetuk pintu. Tanpa menunggu lama seperti tadi pintu kamar terbuka dan bau alkohol langsung menyebar ke hidungku. Laki-laki itu mengigau tak karuan, dengan sedikit dorongan, laki-laki itu terjatuh, aku melangkah masuk dan menemukan Hayoung sedang tertidur manis di ranjangnya. 

“Hayoung ssi,,lama tidak berjumpa,,!” aku membuka pembicaraan.

Pelan namun pasti, Hayoung membuka matanya dan duduk santai di tempat tidur itu. Dia tersenyum menyindir melihat keberadaanku di kamarnya, “kang jiyeon,,! wahh,,kau tidak berubah, masih sama seperti dulu, kasar dan tidak tahu sopan santun”.

“benarkah?, apa yang kau lakukan di Jeju? Apakah kau melarikan diri atau bersembunyi?” aku mulai melakukan investigasi.

“apa maksudmu? Melarikan diri? Bersembunyi?. Kang jiyeon apa tujuanmu datang mencariku. Bukankah urusan kita dahulu sudah selesai?” ucap Hayoung gusar.

“ketika Haejun oppa ditemukan tak berdaya di pantai busan, kau berada dimana, Hayoung ssi?” aku mulai menggertak.

Wajah Hayoung langsung memerah, kemarahannya Nampak jelas tergurat, sontak dia berdiri dari perpaduannya, tapi kembali lagi dia tersenyum manis menanggapi seranganku, “apa kau menuduh aku yang melakukannya? Kau kira siapa dirimu?” suara hayoung mulai meninggi terpancing emosi. 

“perbuatanmu telah membuat Haejun oppa menderita untuk seumur hidupnya. Kau kira aku tidak mengetahui hal itu?” ujarku masih berusaha tetap tenang. Ingin sekali aku menjambak rambutnya bila perlu mencakar-cakar mukanya. 

“perbuatanku? ha,,ha,,,ha,,ha” suara tawa Hayoung semakin besar. 

“kau yakin itu perbuatanku, Jiyeon ssi?. Kalau aku mengatakan semua ini karena salahmu, apakah kau akan percaya?” hayoung semakin tak terkendali.

Sekarang Aku tidak bisa menebak arah pembicaraan Hayoung, emosiku mulai tak terkendali. Tubuhku memanas, aku ingin sekali melenyapkan wanita ini dari hadapanku, “apa?  salahku?” suaraku tersendat-sendat gugup.

“Haejun oppa tidak pernah mencintaiku, dia hanya menyukaimu, memikirkanmu. Tapi selama ini aku tetap bersabar menunggu hatinya, bahkan aku lebih memilih dia daripada pria yang mencintaiku. Benar,,apa katamu dulu, aku seperti hewan peliharaannya selalu mengikutinya kemana dia pergi.  Dia terus menyuruhku menunggunya sampai dia benar-benar menyadari keberadaanku. Aku juga manusia Jiyeon ssi,,,aku juga punya batas kesabaran. Perempuan mana di dunia ini yang hanya ingin jadikan pelarian?” Hayoung mulai terisak, dia duduk terlemas di lantai. 

“tapi kenapa Haejun oppa tidak pernah mengatakan apa-apa kepadaku?” aku juga mulai lemas, terkejut mendengar pengakuan hayoung. 

“Lee Jaewon, karena dia juga menyukaimu. Kau tahu kan mereka berdua bersahabat, Haejun oppa lebih memilih mengorbankan perasaannya daripada persahabatannya. Betapa menderitanya oppa selama ini” Hayoung terdiam sesaat, masih dengan terisak dia berkata kembali “ketika di Busan, aku yang mengajak oppa ke atas bukit dekat laut itu, dan aku juga yang mengirimkanmu pesan singkat itu, aku menggunakan Handphonenya diam-diam, bermaksud untuk membuatmu cemburu. Tetapi oppa tahu perbuatanku, ketika dia hendak akan mengambil Handphonenya dari tanganku yang ku angkat atas-atas, dia tiba-tiba terpeleset dan jatuh dari tebing. Padahal waktu itu aku hanya ingin bermain-main dengannya. Melihat dia tercebur ke laut, aku mulai panik dan tidak bisa berpikir jernih, karena sangat ketakutan aku memilih untuk meninggalkan tempat itu, membuang handphone oppa ke laut dan menghilang dari hadapannya”. 

“pembohong!” suaraku semakin bergetar sambil mengguncang-guncang tubuh hayoung namun dia diam tak melawan.

“kalau kau tidak percaya tanyakaan saja sama oppa” hayoung kembali memandang sinis.
Aku melepas tanganku dari tubuh Hayoung, aku semakin terisak antara percaya dan tidak dengan apa yang dikatakannya. Aku meninggalkan kamar hotel itu dengan langkah terhuyung tak bertenaga. Air mataku terus mengalir, terus memikirkan Haejun oppa yang sekarang menderita karena perbuatanku. 

“apa yang harus aku lakukan sekarang?”. Aku mengingat kembali masa SMA ketika aku mengatakan tidak pernah menyukai Haejun kepada hayoung. “mungkinkah dia mendengarkan hal itu?, ya,,,pasti dia mendengarnya. Apakah karena itu juga dia menyimpan perasaannya?” batinku.

Bersambung,,,







 

mongyimongyi !! Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea