November 2017
di atap teras rumah sakit, aku masih
termenung menopang dagu,berpikir, mengapa dia bersikap sok tidak kenal dengan
ku. Padahal terakhir kita bertemu sekitar tiga tahun yang lalu ketika acara wisuda
kelulusan, dan dia memutuskan untuk melanjutkan spesialis kuliah ke luar negeri.
“pemandangan di sini indahkan, jiyeon
ssi?” sekali lagi suaranya mengagetkan aku. aku membalik badan melihatnya
berjalan menghampiriku. Sungguh, banyak sekali perubahan pada dirinya yang
membuatku bengong, bagai di hipnotis. Dia berjalan dengan santainya, mendekat
dan semakin mendekat ke arah ku. Aku sepertinya ingin berlari menjauh tapi entah
apa yang terjadi, bahkan otak ku tak merespon keinginan tubuh ku.
Dia menyodorkan segelas kopi hangat
dan berkata “saya tidak menyangka kita akan bertemu lagi di sini, ternyata
sampai sekarang kau masih menyukainya”, dia tersenyum sambil meneguk kopinya.
Aku merasa senyumannya itu adalah sindiran buat ku. Aku di pukul KO kali ini.
Kopi hangat tadi tiba-tiba berubah sedingin es.
“kau banyak berubah dongjoo ssi,,” aku
mengalihkan pembicaraan pura-pura tidak mendengar pernyataannya tadi.
“benarkah ?, aku merasa aku masih
dongjoo yang dulu, bukankah kau yang berubah,,saya tidak melihat jiyeon dulu yang
selalu bersemangt, selalu ceria dan penuh dengan obsesi, apa yang terjadi
dengan hidupmu selama aku pergi?” Tanya dongjoo menatapku.
“aisssssssshhhhh,,,aku bahagia dengan
hidupku sekarang, jadi kau tidak perlu khawatir dongjoo ssi” candaku sambil
menyenggol lengannya. Dia hanya tersenyum mendengarkan kata-kataku.
“wahhhhhhh,,,kau operasi plastik ya,
mana kulitmu yang dulu hitam,,bahkan sekarang kau juga mengganti gaya
rambutmu,,” canda ku meraba-raba mukanya dan mengacak-acak rambut lurus
berponinya.
Dongjoo tidak menanggapi candaan ku.
Dia hanya melihatku sambil sesekali menghela napas. Aku tidak tahu entah apa
yang dipikirkannya, tapi aku bisa membaca tergurat kesedihan di wajah barunya.
“dongjoo ssi, mianhae (maaf),,,aku
hanya memikirkan perasaanku sendiri, aku tidak menganggapmu serius waktu
itu,,,apakah gara-gara itu kau pura-pura tidak mengenaliku tadi di hadapan
haejun oppa?, apakah kau masih marah padaku?” aku memulai pembicaraan lagi.
“lebih baik saya bersikap seperti itu
di depan orang yang kau sukai, berpura-pura tidak mengenalmu” jawab doongjun
acuh.
“perempuan macam apa yang bahkan
seperti tidak terjadi apa-apa kepada seorang laki-laki yang sudah menyatakan
perasaan kepadanya, bahkan aku belum sepenuhnya melupakanmu sampai detik ini, bayanganmu
selalu menghantuiku, dalam mimpi ku pun kau selalu datang” ucap dongjoo dengan
nada mengejek. Aku semakin kikuk mendengar pengakuan dongjoo.
***
Januari,2013
Sore yang cerah, seharusnya enak digunakan
pergi jalan-jalan atau bahkan ke pantai menikmati indahnya sunset, tapi entah
kenapa hari itu mood ku sangat jelek. Aku
memilih uring-uringan, menutup diri dengan selimut di kamar, sesekali aku
melihat layar HP yang sungguh tidak pernah berdering hari ini, walau hanya
sekedar sms iseng dari operator.
“jiyeon a,,,keluarlah,,,,ada
telepon,,,!” teriak ibu ku yang sedang sibuk di dapur.
Aku senang bukan main, selimut ku
lempar segera aku keluar kamar dengan jingkrak penuh gairah seperti habis
memungut uang seratus ribu. Melihat tingkah ku ibu hanya geleng-geleng kepala.
“hallo,,,siapa ini?” ujar ku tak sabar
mendengar suara siapa yang berada di seberang.
“jiyeon ssi,,,tak kenalkah kau dengan
suara ku,,,saya dongjoo, kim dongjoo, orang yang selalu setia denganmu” jawab
dongjoo dengan nada humoris.
“hei dongjoo,,,kenapa baru sekarang kau menghubungi ku, tidak
tahukah kalau aku begitu merindukanmu?” ucap ku bercanda sambil duduk di sofa
senyaman mungkin.
“benarkah kau begitu merindukanku,? Aku
juga selalu merindukanmu,,,”jawab dongjoo, kini dengan nada yang lebih serius.
“aishhh,,,,sudahlah jangan bercanda
lagi,,,oya,,gimana kabarmu sekarang?” suaraku mulai layu.
“jiyeon ssi,,,kau tahu, aku sudah
memendam perasaan ini selama lima tahun, sejak pertama kali bersama di kelas
satu dulu aku sudah mulai menyukaimu, tapi aku tidak berani mengungkapkan hal
itu, karena ternyata temanku juga menyukaimu,,,(diam sejenak), aku
mendapat kabar kalau ternyata kau tidak menyukai teman ku setelah lanjut
kuliah, dan sekarang aku memberanikan diri mengatakan perasaan ku,,,,,(diam
lagi), jiyeon ssi,,,aku menyukaimu,,” .
Tidak pernah aku menduga akan
mendengar perkataan itu. Ternyata dongjoo, kim dongjoo menyukai ku. Aku yang
dulu ketika SMA pernah berharap dia akan menjadi pacarku, ternyata juga
menyukaiku. Kenapa dia baru memberitahuku sekarang ketika dia sudah berada di
belahan bumi nun jauh, dongjoo kau benar-benar bodoh, sangat bodoh sampai tidak
bisa membaca hatiku juga bahwa aku juga menyukaimu sampai sekarang walaupun
tidak sebesar dulu ketika SMA.
Telepon masih tersambung, aku terdiam
mematung begitupun suara dongjoo tidak terdengar lagi, tapi aku tahu dia tidak
beranjak dari teleponnya, apakah ingin mendengar jawaban ku langsung. Aku tidak
bisa berpikir sekarang, dengan bodohnya aku pun menjawab “dongjoo ssi, aku
sudah menyukai orang lain,,sekarang dihatiku hanya ada orang itu”. Sekali lagi
aku berbohong.
“apakah Haejun hyung orangnya ?” ucap dongjoo
dengan suara bergetar.
Aku terdiam, memang tidak ingin
membahas hal ini. Ibu yang melihat sikap ku langsung menghapiri sambil berbisik
“apakah kau baik-baik saja,,,?”. Aku hanya mengangguk dan menyuruh ibu
mengurusi pekerjaannya saja.
dongjoo tahu, entah dia tahu darimana kalau aku semasa SMA selalu menyukai Haejun oppa walaupun dia sudah punya pacar teman kelas ku park hayeong. bahkan suatu hari dia pernah melarang saya untuk tidak menyukai pacar teman, tapi aku hanya tersenyum dan tidak menyadari bahwa dia juga menyukaiku. karena sebenarnya bukan haejun oppa saja yang aku sukai tapi juga dia.
“karena kau tidak menjawab ku, berarti
aku anggap dugaanku benar,,,,ahhhhhhhh,,,,beginikah rasanya orang yang ditolak
cintanya ?, jiyeon ssi,,,aku berharap kau tidak melupakanku” suaranya kembali
bernada humoris.
“kim dongjoo, aku harap kita masih
tetap berteman,,,” ucap ku tidak ikhlas, karena sebenarnya aku juga bingung dengan perasaanku, apakah aku benar-benar menyukai haejun oppa, dan aku juga tidak bisa menyangkal bahwa kau adalah teman yang istimewa.
Teeeeeeeettttttttttt,,
suara telepon terputus. Air mata ku tumpah, tidak tahu aku menangis karena
terharu mengetahui kenyataan bahwa dongjoo juga menyukaiku atau aku menangis
sedih karena tidak bisa bersama dongjoo.
***
November 2017
Di ruang VIP, luas dengan dekorasi seperti
rumah, TV, sofa empuk, penghangat ruangan dan kamar mandi pribadi, sekilas tak
tampak seperti ruang perawatan pasien, hanya saja ranjang khas rumah sakit
masih menandakan ruangan itu adalah untuk orang tidak sehat.
Haejun sedang asyik membaca halaman
demi halaman sebuah buku tentang arsitektur. Suara TV yang volume suaranya full
tidak dihiraukannya. Sesekali dia melirik jam dinding seolah-olah dia menunggu
seseorang datang. Kegelisahan mulai Nampak diwajahnya, dia meronta-ronta,
berteriak sambil menutup kedua telinganya. Beberapa perawat memasuki ruangan,
mereka berusaha untuk menenangkan haejun, tapi haejun malah semakin beringas. Salah
satu perawat mencoba menelpon dokter, dan berselang beberapa menit dongjoo
datang. Dia langsung memeluk haejun “hyung,,,hyung,,,sadarlah,,,,ini aku,,dongjoo”
ucap dongjoo sambil berusaha menenangkan haejun. Dongjoo terus mendekap haejun
walaupun beberapa pukulan dihantamkan kepadanya. Sampai akhirnya haejun
menyerah juga, semakin lama, rontaannya semakin melemah dan tidak sadarkan
diri. Dongjoo dibantu perawat memapah haejun ke tempat tidur, menyelimutinya
dan menghapus keringat yang membasahi wajahnya. Para perawat dipersilakan
keluar ruangan, sekarang hanya Dongjoo duduk di samping haejun dan menatapnya
dengan penuh kesedihan.
“hyung,,,kenapa kau seperti ini ? kenapa
kau merahasiakan penyakit mu ini ke semua orang yang menyayangimu,termasuk
kepada jiyeon,,,bahkan sampai saat ini dia menganggap mu baik-baik saja?” ucap
dongjoo lirih. Dongjoo menangis melihat keadaan haejun “sampai kapan kau akan
keras kepala seperti ini. Kau takut mereka akan terluka menerima kenyataan ini.
Tidak,,,sesungguhnya mereka akan menerima hyung apa adanya”.
Tanpa disadari air mata Haejun mengalir
membasahi pelipisnya, dia menangis dalam tidurnya.
bersambung,,,,