Sungguh, jangan pernah remehkan meminjam
karena bisa mengubah persahabatan. Bahkan persahabatan yang kuat dan lama
sekalipun. Bahwa meminjam itu bisa lebih berbahaya daripada meminta. Begitu
kita meminta, apapun objeknya, pasti telah diputuskan untuk diberikan oleh yang
punya. Semua terang benderang. Ada ijab dan Kabul. Ada yang ikhlas memberi dan
ada yang ikhlas menerima. Tapi ketika sesuatu dalam status di pinjam, tidak ada
kata putus di sana. Mungkin selalu ada benih konflik yang ikut tertanam bersama
meminjam. Dia bisa beracun dan laten. Sejak itu meminjam salah satu hal yang
paling kuhindari.
Kata di atas adalah kutipan menarik dari
novel kedua dari trilogi NEGERI 5 MENARA yaitu RANAH 3 WARNA halaman
174.
Saya selalu menghujamkan kata-kata ini
di otak saya. Sungguh benar apa yang dikatakan oleh AHMAD FUADI pengarang buku
ini. Sedekat apapun persahabatan kita, seerat apapun tali persaudaraan kita,
pasti akan ada rasa ketidaksukaan pada diri saudara kita dimana ketika kita
meminjam sesuatu barang kemudian tidak kembali seperti keadaan sedia kala, maka
pasti pasti dan pasti saudara kita akan menggerutu. Meminjam bisa memutuskan
tali silaturrahim, Tidak diragukan lagi.
Sang pemilki Ada yang biasanya langsung
menegur sang peminjam “kok barang saya jadinya seperti ini,? Kenapa di sini
robek atau hilang atau apalah kerusakan-kerusakan yang terjadi”. Tapi yang
paling menyakitkan ketika keburukan sang peminjam digunjingkan di belakang kita,
diomongkan san sini kalau sang peminjam ternyata tidak becus menjaga yang bukan
barangnya sendiri.
Sebenarnya kerusakan yang sang peminjam
lakukan pun bukannya terjadi secara disengaja. Mungkin ketika pada masa
meminjam barang itu tidak sengaja dijatuhkan, tidak sengaja tersobek atau
memang tidak sengaja dibuat rusak, tapi sang pemilik tidak akan mau tahu
insiden-insiden yang dialami oleh barangnya. Sang peminjam tetap salah dan akan
selalu menjadi tersangka.
Kalau barang pinjaman tidak sesuai
dengan aslinya apa yang kawan-kawan lakukan?, kalau saya, saya akan
menggantinya dengan yang baru yang persis sama, karena saya tidak mau sang
pemilik membicarakan saya dibelakang saya. Syukur-syukur Cuma dibicarakan,
bagaimana kalau hubungan pertemanan sang peminjam dan sang pemilik terganggu
seperti kutipan di atas.
Apakah sang pemilik semuanya akan
seperti itu menggerutu ketika barangnya rusak? Jawabannya tida semua, karena
ada sebagian orang yang mungkin tidak memikirkan barangnya rusak atau tidak,
menerima dengan ikhlas karena memang seperti itu keadaannya. Mungkin juga dia
berpikir persahabatan lebih penting daripada barang pinjaman rusa, karena
barang bisa dibeli lagi sedangkan persahabatan tidak ada kata transaksi jual
beli didalamnya
Sekarang, kita bisa memilih apakah mau
menjadi sang peminjam atau sang pemilik. Toh, dari sejak kejadian pinjam
meminjam barang yang membuat hubungan persahabatannya retak, ALIF FIKRI (ingat
tokoh di negeri 5 menara) tidak mau lagi menjadi seorang peminjam. Lebih baik
punya yang jelek tapi milik sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar
sedikit coretan darimu sangat berarti untukku menjadi lebih baik lagi. apapun itu tumpahkanlah isi pikiranmu tentang tulisan ini, terimakasih