Jumat, 16 Maret 2012

love or money

Diposting oleh mongyimongyi di 11.41

Tidak ada yang bisa aku percaya, ibu ku atau adik perempuan ku. Namun kata-kata  yang dilontarkan adik perempuanku itu membuat hatiku sedih. Aku bagai anak yang tidak bisa membalas budi. Apakah aku termasuk anak yang durhaka?

Pulang ke rumah dengan tubuh seakan remuk karena terhempas angin selama 1 jam 30 menit. Badan yang semula memang lemas tak bertenaga memperparah keadaan. Setelah mencium tangan ibu dan bapak ku, aku langsung merebahkan badan di dekat adik perempuanku yang sedang tidur di kamarnya. Sekitar lima menit melepas lelah, ibu ku masuk dan memijit-mijit badan ku sambil bertanya “sakit apa kamu nak?”. 

Sebelum sampai rumah, aku menelpon untuk pulang karena kurang enak badan. Aku pun memaksakan diri menembus udara dingin dengan hanya berhelaikan pakaian.
“aduh,,,kaki ku bu,,,”teriak ku. Aku memperlihatkan telapak kaki ku yang bisulan menyebabkan badanku ikutan demam. 

“ini ni,,penyebab kamu demam, ntar suruh bapak mu mintaain obat di bibi mu ya” kata ibu ku sambil berlalu. Kebetulan bibi ku berprofesi sebagai bidan di desa ku.
Aku memejamkan mata lagi, tiba-tiba adik perempuan yang berada di sampingku bersuara. 

“kak yan ini,, tidak pernah memberikan uang gajinya sama ibu “.

“kok kamu ngomong gitu vin,,” reaksi ku

“iya, tadi sebelum kakak pulang ibu cerita kepada ku katanya kalau kakak ini tidak pernah kasih ibu uang, jangankan bantu biaya sekolah adik, gimana kalau dia menikah nanti, kalah sama kak cita, walaupun sekali tiga bulan dia terima gaji  tidak seperti kak yan yang tiap bulan, tapi dia tetap memberi ibu uang sedikit”. Gerutu adik perempuan ku.

Darrrr,,,,,bagai tertimpa durian runtuh, tubuh ku yang sudah terasa remuk kini menjadi hancur lebur. Aku tidak pernah berpikir kata-kata itu akan keluar dari mulut ibu ku. Aku membalikkan badan dan menutup muka ku dengan jilbab yang aku pakai, Walaupun sedikit percaya dengan kebenaran yang diungkapkan adikku, tapi kata-kata itu membuatku meneteskan air mata tanpa ber suara. 

“apakah ibuku berkata seperti itu ataukah itu hanya rekayasa adik ku?, tapi adik ku tidak mungkin berbohong dengan hal seperti itu” gejolak di batinku mulai timbul. Aku harus bertanya kepada ibuku langsung mengenai prihal ini. 

Aku bukannya tidak pernah memberikan ibu ku uang, dengan gaji ku yang sangat jauh dari kurang untuk hidup di perantauan kota besar, aku berusaha untuk menanbung tiap bulan, sekitar setahun bekerja aku mengumpulkan satu juta rupiah dan aku pun memberikan uang itu kepada ibu ku. Aku berpikir keras tiap bulan agar uang yang aku kumpulkan bisa akan melebihi jumlah yang tadi, tapi kenaikan gaji tak kunjung datang tapi biaya hidup terus bertambah. Sampai aku berpikir bekerja di dua tempat yang berbeda untuk mendapat penghasilan lebih.
***
Selesai sholat ashar, aku menemui ibu ku di dapur yang sedang sibuk memotong sayur untuk di masak. Aku duduk disampingnya dan aku pun berucap “ibu, apakah benar apa yang dikatakan vina, tentang uang gaji yang tidak pernah kunjung ibu rasakan, tentang membantu biaya sekolah adik-adik ku dan tentang membandingkan ku dengan kak cita?”.

“jangan kamu dengarkan kata-kata adik mu itu, dia lagi kesal itu soalnya tadi saya tidak mengizinkannya keluar rumah, saya hanya mengatakan tidak direpotkan saja sudah syukur” jelas ibuku.

Aku percaya saja dengan klarifikasi ibu ku, Hati ku pun lega rasanya. Hari berlalu di rumah ku dengan damai, aku bisa beristirahat tenang agar cepat sembuh. Aku tidak masuk kerja selama empat hari. 

Malam sebelum balik ke kota, aku berdua di rumah dengan adik ku, bapak ku pergi ke rumah temannya dan ibu ku pergi ke rumah tetangga sebelah rumah ku. Adik perempuan ku kembali mengungkit kata-kata ibu ku lagi. 

“kak yan, yang saya katakan kemarin itu benar, ibu yang bilang begitu bukan aku, ibu menyuruhku untuk diam agar hati nya kak yan tidak sedih lagi” ucap adik ku sambil nyengir.
Sontak langsung kegelisahan melingkupi ku, aku mau mengkonfirmasi hal itu lagi pada ibu tapi aku mengurungkan niat, sudahlah,,,tidak ada gunanya aku mengatakan itu lagi kepada ibu, ibu pasti akan menjawab hal yang sama lagi. Aku tidak mau mengadu ibu dengan adik perempuanku. Entah kenapa ketika sudah mulai kerja masalah uang sangat sensitif di telinga ku.

Sebelum aku terlelap Dalam hati aku bertekad “Sekarang aku akan berusaha untuk menyisihkan uang gaji ku lagi untuk belanja ibu walaupun itu sedikit sambil aku melanjutkan untuk menabung untuk ibu ku juga. Mungkin hanya dengan uang aku bisa berbakti kepada orang tua ku, karena kapasitas otak ku dulu tidak mampu membuatnya bangga  dengan prestasi yang tidak terbilang lumayan. Aku akan tetap berprasangka baik kepada ibuku.”

Malam itu pun kulalui dengan mimpi tak menentu, entah apa itu. Tapi yang bisa aku pastikan aku tidak akan pernah menyusahkan ibu ku lagi.

0 komentar:

Posting Komentar

sedikit coretan darimu sangat berarti untukku menjadi lebih baik lagi. apapun itu tumpahkanlah isi pikiranmu tentang tulisan ini, terimakasih

 

mongyimongyi !! Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea