Tidak ada yang bisa aku percaya, ibu
ku atau adik perempuan ku. Namun kata-kata
yang dilontarkan adik perempuanku itu membuat hatiku sedih. Aku bagai
anak yang tidak bisa membalas budi. Apakah aku termasuk anak yang durhaka?
Pulang ke rumah dengan tubuh seakan
remuk karena terhempas angin selama 1 jam 30 menit. Badan yang semula memang
lemas tak bertenaga memperparah keadaan. Setelah mencium tangan ibu dan bapak
ku, aku langsung merebahkan badan di dekat adik perempuanku yang sedang tidur
di kamarnya. Sekitar lima menit melepas lelah, ibu ku masuk dan memijit-mijit
badan ku sambil bertanya “sakit apa kamu nak?”.
Sebelum sampai rumah, aku menelpon
untuk pulang karena kurang enak badan. Aku pun memaksakan diri menembus udara
dingin dengan hanya berhelaikan pakaian.
“aduh,,,kaki ku bu,,,”teriak ku. Aku
memperlihatkan telapak kaki ku yang bisulan menyebabkan badanku ikutan demam.
“ini ni,,penyebab kamu demam, ntar
suruh bapak mu mintaain obat di bibi mu ya” kata ibu ku sambil berlalu. Kebetulan
bibi ku berprofesi sebagai bidan di desa ku.
Aku memejamkan mata lagi, tiba-tiba
adik perempuan yang berada di sampingku bersuara.
“kak yan ini,, tidak pernah
memberikan uang gajinya sama ibu “.
“kok kamu ngomong gitu vin,,” reaksi
ku
“iya, tadi sebelum kakak pulang ibu cerita
kepada ku katanya kalau kakak ini tidak pernah kasih ibu uang, jangankan bantu
biaya sekolah adik, gimana kalau dia menikah nanti, kalah sama kak cita, walaupun
sekali tiga bulan dia terima gaji tidak
seperti kak yan yang tiap bulan, tapi dia tetap memberi ibu uang sedikit”. Gerutu
adik perempuan ku.
Darrrr,,,,,bagai tertimpa durian
runtuh, tubuh ku yang sudah terasa remuk kini menjadi hancur lebur. Aku tidak
pernah berpikir kata-kata itu akan keluar dari mulut ibu ku. Aku membalikkan
badan dan menutup muka ku dengan jilbab yang aku pakai, Walaupun sedikit
percaya dengan kebenaran yang diungkapkan adikku, tapi kata-kata itu membuatku
meneteskan air mata tanpa ber suara.
“apakah ibuku berkata seperti itu
ataukah itu hanya rekayasa adik ku?, tapi adik ku tidak mungkin berbohong
dengan hal seperti itu” gejolak di batinku mulai timbul. Aku harus bertanya
kepada ibuku langsung mengenai prihal ini.
Aku bukannya tidak pernah memberikan
ibu ku uang, dengan gaji ku yang sangat jauh dari kurang untuk hidup di
perantauan kota besar, aku berusaha untuk menanbung tiap bulan, sekitar setahun
bekerja aku mengumpulkan satu juta rupiah dan aku pun memberikan uang itu
kepada ibu ku. Aku berpikir keras tiap bulan agar uang yang aku kumpulkan bisa
akan melebihi jumlah yang tadi, tapi kenaikan gaji tak kunjung datang tapi
biaya hidup terus bertambah. Sampai aku berpikir bekerja di dua tempat yang
berbeda untuk mendapat penghasilan lebih.
***
Selesai sholat ashar, aku menemui ibu
ku di dapur yang sedang sibuk memotong sayur untuk di masak. Aku duduk
disampingnya dan aku pun berucap “ibu, apakah benar apa yang dikatakan vina,
tentang uang gaji yang tidak pernah kunjung ibu rasakan, tentang membantu biaya
sekolah adik-adik ku dan tentang membandingkan ku dengan kak cita?”.
“jangan kamu dengarkan kata-kata adik
mu itu, dia lagi kesal itu soalnya tadi saya tidak mengizinkannya keluar rumah,
saya hanya mengatakan tidak direpotkan saja sudah syukur” jelas ibuku.
Aku percaya saja dengan klarifikasi
ibu ku, Hati ku pun lega rasanya. Hari berlalu di rumah ku dengan damai, aku
bisa beristirahat tenang agar cepat sembuh. Aku tidak masuk kerja selama empat
hari.
Malam sebelum balik ke kota, aku
berdua di rumah dengan adik ku, bapak ku pergi ke rumah temannya dan ibu ku
pergi ke rumah tetangga sebelah rumah ku. Adik perempuan ku kembali mengungkit
kata-kata ibu ku lagi.
“kak yan, yang saya katakan kemarin
itu benar, ibu yang bilang begitu bukan aku, ibu menyuruhku untuk diam agar
hati nya kak yan tidak sedih lagi” ucap adik ku sambil nyengir.
Sontak langsung kegelisahan melingkupi
ku, aku mau mengkonfirmasi hal itu lagi pada ibu tapi aku mengurungkan niat,
sudahlah,,,tidak ada gunanya aku mengatakan itu lagi kepada ibu, ibu pasti akan
menjawab hal yang sama lagi. Aku tidak mau mengadu ibu dengan adik perempuanku.
Entah kenapa ketika sudah mulai kerja masalah uang sangat sensitif di telinga
ku.
Sebelum aku terlelap Dalam hati aku
bertekad “Sekarang aku akan berusaha untuk menyisihkan uang gaji ku lagi untuk
belanja ibu walaupun itu sedikit sambil aku melanjutkan untuk menabung untuk
ibu ku juga. Mungkin hanya dengan uang aku bisa berbakti kepada orang tua ku,
karena kapasitas otak ku dulu tidak mampu membuatnya bangga dengan prestasi yang tidak terbilang lumayan.
Aku akan tetap berprasangka baik kepada ibuku.”
Malam itu pun kulalui dengan mimpi tak
menentu, entah apa itu. Tapi yang bisa aku pastikan aku tidak akan pernah
menyusahkan ibu ku lagi.
0 komentar:
Posting Komentar
sedikit coretan darimu sangat berarti untukku menjadi lebih baik lagi. apapun itu tumpahkanlah isi pikiranmu tentang tulisan ini, terimakasih